Beranda Khazanah Dunia Islam Tarawih Pertama Bersamaan dengan Nyepi, Muhammadiyah Bali Himbau Umat Muslim Jaga Toleransi

Tarawih Pertama Bersamaan dengan Nyepi, Muhammadiyah Bali Himbau Umat Muslim Jaga Toleransi

Suasana ruas jalan Pantai Kuta terlihat lenggang saat Hari Raya Nyepi di Kuta, Bali, Rabu (9/3). Ruas jalan di kawasan wisata Bali yang pada hari biasa ramai, terlihat lenggang pada Hati Raya Nyepi tahun Caka 1938 saat umat Hindu menjalani ritual catur tapa brata penyepian mulai Rabu pukul 06.00 WITA hingga Kamis (10/3) pukul 06.00 WITA. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/pd/16

Denpasar, aktual.com – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Bali, Muhammad Saffaruddin menghimbau pelaksanaan tarawih pertama bulan Ramadan di Bali, dapat berjalan penuh toleransi kepada masyarakat Hindu. Saffaruddin menyarankan warga Muslim mengatur pelaksanaan ibadah tarawih agar tidak mengganggu pemeluk Hindu yang sedang melaksanakan ritual Nyepi.

“Kalau jauh jarak rumah dengan tempat ibadah, disarankan lebih baik tarawih perdana di rumah saja. Tapi bilamana dekat, dan masjid atau musala itu menyelenggarakan salat berjamaah serta dapat izin aparat setempat, maka tidak jadi masalah. Dengan catatan bisa diselenggarakan tanpa ada hal-hal yang bisa bersinggungan (mengganggu Nyepi),” kata dia seperti dikutip dari situs Muhammadiyah, Jum’at (10/3) pagi.

Saffaruddin menjelaskan bila aparat pemerintah setempat mengizinkan kegiatan di  luar rumah, maka sebaiknya umat Muslim pergi ke masjid/musala dengan berjalan kaki. Selain itu, masjid dan musala juga disarankan mengatur minimal pencahayaan dan penggunaan pengeras suara agar tidak mengganggu pelaksanaan prosesi Nyepi.

“Nanti kan tarawih perdana, mau tidak mau malam hari. Kita tetap harus bisa menghormati, kan gelap. Mungkin menggunakan pencahayaan yang tidak menyorot ke luar,” ujarnya.

Hal yang sama, menurutnya, pernah terjadi pada saat Hari Raya Nyepi bertepatan dengan Salat Jumat.

“Pas Jumat (dulu) kita tetap melaksanakan Salat Jumat, namun seperti imbauan MUI dan Kementerian Agama, kita jalan kaki ke tempat yang bisa ditempuh dan tidak menggunakan suara kencang,” sambung dia.

Terakhir, Saffaruddin berharap agar ada pendataan masjid dan musala yang menyelenggarakan salat berjamaah pada Hari Suci Nyepi. Tujuannya supaya bisa dipantau dan berjalan dengan penuh kedamaian dan penghargaan kepada agama lain.

“Kalau tarawih perdana biasanya (jamaah) membludak. Jam biasanya dari 19.30 WITA sudah bersiap, dan selesainya kurang lebih jam 21.00 WITA. Kepada pemerintah daerah juga kami harap bisa tetap solid, memberikan peluang, (pemeluk) Hindu bisa Nyepi dengan tenang dan Muslim bisa diberikan keleluasaan beribadah,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Persyarikatan Muhammadiyah menetapkan awal bulan Ramadan 1444 Hijriah pada 23 Maret 2023. Dengan demikian, tarawih dilaksanakan mulai Rabu malam tanggal 22 Maret 2023 bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi.

Hari Raya Nyepi sendiri umumnya dilaksanakan pemeluk Hindu dengan tidak melakukan berbagai hal. Seperti menyalakan api atau lampu, melakukan kegiatan fisik atau bekerja, keluar rumah atau bepergian, dan menikmati hiburan atau rekreasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Megel Jekson