Jajaran Direksi dan Komisaris bank BJB berfoto bersama usai Analyst Meeting 3rd Quarter bersama para analis pasar modal di Jakarta, 27 Oktober 2017
Jajaran Direksi dan Komisaris bank BJB berfoto bersama usai Analyst Meeting 3rd Quarter bersama para analis pasar modal di Jakarta, 27 Oktober 2017

Jakarta, Aktual.com – Seiring dengan proses pemulihan ekonomi di 2018, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) menargetkan laju kredit mencapai 12 persen.

Meski begitu, dirinya tetap akan menjaga pertumbuhan kredit tersebut dengan prudent atau berhati-hati. Apalagi, BJBR sebagai perusahaan terbuka, sehingga tak semabarang asal kucurkan kredit.

“Kalau BI (Bank Indonesia) targetkan kredit 10-12 persen dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) masih konservatif. Tapi kami tetap optimis, minimal tahun depan kredit bisa bertumbuh 12 persen. Dengan DPK (Dana Pihak Ketiga) di 12 persen lebih,” kata Sekretaris Pesuahaan Bank BJB, Hakim Putratama dalam keetrangan yang diterima, Minggu (10/12).

Meeski tetap menargetkan pencapaian kredit yang tinggi, namun pihaknya tak sembarang untuk menyalurkan kredit dengan prinsip asal habis. Sehingga penyaluran kredit baik di sektor infrastruktur maupun untuk kredit UMKM tetap terjaga. Sehingga rasioa kredit macet atau non performing loan (NPL) masih terkendali.

“NPL tetap kami jaga di bawah 2 persen ya. Sekalipun kita genjot sektor UMKM terus. Karena kredit UMKM kita ini terus bertumbuh, terutama untuk industri kreatif yang di Jabar (Jawa Barat) ini nertumbuh pesat,” ujar Hakim.

Makanya, untuk menggenjot kredit yang tinggi itu, pihaknya juga terus memeprkuat permodalan. Belaum lama, BJBR telah merilis obligasi sebesar Rp 2,5 triliun di tahap pertama. Dan direspon pasar dengan positif.

“Ke depan kami akan terus ada penyertaan modal lagi, sehingga dengan permodalan yang kuat ini, kami juga bisa leluasa genjot kredit. Apalgi kami ini bank BPD yang serius biayai proyek-proyek infrastruktur milik pemerintah. Seperti jalan tol,” ujar dia.

Lebih jauh Hakim menjelaskan, untuk tahun ini pertumbuhan kredit secara industri memang masih berada di bawah 10 persen. Tapi di tahun depan, proyeksi pertumbuhan kredit secara industri bisa lebih optimis di rentang 10-12 persen.

“Karena konsolidasi antara perbankan dan dunia usaha tidak akan seketat seperti tahun ini, maka permintaan kredit juga akan meningkat,” kata dia.

Peningkatan permintaan kredit ini, disebutnya, sejalan dengan rencana penurunan suku bunga yang sudah dilakukan oleh BI pada tahun ini yang dampaknya baru akan dirasakan masyarakat dan dunia usaha mulai akhir tahun 2017.

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka