Jakarta, Aktual.com – Pemerintah baru-baru ini mewacanakan full day school bagi anak didik. Namun demikian, tak sedikit yang menentang tambahan jam belajar anak sekolah hingga pukul 5 sore yang dilontarkan Mendikbud Muhadjir Effendy tersebut.

Banyak yang menganggap, wacana Muhadjir itu berpotensi membuat anak stres dan kelelahan, tapi ada juga sejumlah kalangan termasuk orangtua yang tak masalah jika wacana tersebut diuji coba.

Lalu bagaimana jika sistem tersebut diterapkan? Psikolog anak, Vera Itabiliana pun memberikan penjelasan soal penerapan tambahan program ekstrakurikuler itu.

Menurut dia, tambahan jam pelajaran setelah jam belajar anak dapat memicu anak tak leluasa melakukan hal yang disukainya. Sebab hal itu akan memicu ketidak nyamanan, karena yaitu tadi, anak tidak mendapatkan kesempatan melakukan hal yang disukainya.

Tentunya hal itu bisa menjadi jembatan untuk menemukan minat dan bakatnya di masa mendatang. “Sekolah tetaplah tempat terstruktur yang memiliki aturan atau batasan yang membuat anak tidak seleluasa di rumah dalam bermain,” ujarnya.

Padahal, ujar Vera, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, anak tak melulu bisa mendapatkannya di sekolah. Sekolah, menurutnya hanyalah satu bagian dalam kehidupan anak.

“Jadi perlu ada tempat juga untuk lingkungan lainnya seperti lingkungan sekitar rumah.”

Selain itu, tambahan jam sekolah ini, menurut Vera, semakin mengurangi intensitas anak bersosialisasi dengan orangtuanya.

“Secara tidak langsung jika hal ini diterapkan maka sama saja mengambil alih peran orangtua, bukan memberdayakan peran mereka dalam mengembangkan kemampuan anak,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu