Jakarta, Aktual.co — Bila seseorang memasuki masa lanjut usia, pastinya ada beberapa perilaku yang akan berubah, seperti sifat negatif dan positif. Perubahan perilaku yang positif, misalnya hidup kian teratur, rajin, tidak menyulitkan orang lain maupun pasangan, lebih sabar, arif dan dekat kepada Allah SWT. Perubahan positif ini akan mempererat hubungan suami istri pada masa lansia.
Sedangkan perubahan perilaku yang cenderung negatif, misalnya hidup yang kian tidak teratur, keinginan yang terus berubah-ubah, malas, tidak sabar, emosional, berperilaku dan berbicara jorok, atau pula nafsu makan yang bertambah secara belebihan. 
Perubahan ke arah negatif ini akan mengganggu keharmonisan kehidupan rumah tangga lansia. Akibatnya, masing-masing ingin sendiri, dan tak mau hidup bersama. Jika kondisi semacam ini terjadi, peran orang keluarga terdekat, seperti anak dan kerabat sangat perlu dan menentukan menyadarkan mereka untuk bersatu kembali, dan rumah tangga pun kembali utuh.
Dalam masyarakat Indonesia, peran keluarga terutama sang anak sangat penting dan dibutuhkan kaum lansia. Sebab anak merupakan perekat keluarga. 
Menurut penelitian Rudi Salan, kematian anak atau orangtua menjadi stressor psikososial rangking kedua. Sementara sebab kehilangan pasangan hidup, menjadi stressor utama.
Sayangnya dalam kenyataan, tak semua anak atau kerabat mampu memberi perhatian maksimal kepada pasangan lansia agar tetap harmonis. Padahal, sebagai bakti kepada orangtua, anak seharusnya tidak boleh menyia-nyiakan orangtuanya yang telah lansia.
Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluargamu dari api neraka di mana bahan bakarnya adalah batu-batu, dan manusia sedang yang mengawasi adalah para malaikat yang amat tegas dan keras yang tidak pernah durhaka kepada Allah apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka senantiasa melaksanakan apa saja di perintahkan.” (Qs. at-Tahrîm [66]: 6).
Dalam ayat ini Allah dengan keras memperingatkan agar keluarga dijaga sebaik-baiknya. Tak boleh ada anggota keluarga terbawa arus yang menghinakan. Selalu waspada dan hati-hati terhadap keselamatan anak cucu dan keluarga, serta tidak menelantarkan orangtua yang sudah lansia.
Menjaga keharmonisan juga perlu diperhatikan. Sebelum pasangan suami-istri memasuki masa lansia bersama, banyak hal harus mereka persiapkan. Antara lain, hubungan mereka harus terus terjaga, agar keharmonisan terus bersemi hingga tiba masa lansia. Masing-masing individu juga harus menghindarkan keterpisahan fisik terlalu lama. 
Selain itu, komunikasi juga perlu berjalan dengan baik agar tak salah pengertian dan memancing emosi kedua belah pihak harus terus dijaga. Di samping upaya terus membina hubungan yang hangat dan dekat agar tumbuh rasa saling membutuhkan dan menguntungkan. Konflik pun harus seminim mungkin dihindarkan. Juga, pola hidup teratur dan tidak berlebihan harus terus dibiasakan.
Dalam sebuah hadist Nabi SAW bersabda, “Ada empat kebahagian yang akan dirasakan seseorang: istri yang baik budi pekerti, anak-anaknya berkelakuan baik dan berbakti kepada orangtua, teman pergaulan baik-baik, dan rezekinya di tempat tinggalnya sendiri.” Dikutip dari laman Qlam, Rabu (15/10).