Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar memberikan keterangan kepada wartawan terkait kontak senjata yang diduga menewaskan teroris Santoso di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/7). Polri menyatakan masih terus melakukan identifikasi untuk memastikan dugaan tewasnya teroris Santoso dalam baku tembak pada Senin (18/7) saat Operasi Tinombala 2016 di Tambarana, Poso. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Pasukan gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala masih mengejar 18 buronan anak buah Santoso, pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), menyusul ditangkapnya istri Santoso, Jumiatun alias Umi Delima pada Sabtu (23/7).

“Kami masih fokus mengejar 18 DPO lainnya,” kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (25/7).

Kedelapan belas DPO ini termasuk Basri dan istrinya. Keduanya berhasil melarikan diri ketika baku tembak dengan Satgas yang berujung tewasnya Santoso dan Muchtar.

Boy pun mengimbau agar para DPO menyerahkan diri. Meski belum memastikan wacana amnesti bagi kelompok Santoso, tetapi, menurutnya, bagi para DPO yang menyerahkan diri akan diperlakukan berbeda dengan bila mereka ditangkap.

“Saya belum bisa menjamin hal itu (amnesti) ya karena tentu ada aspek-aspek hukum yang harus ditegakkan. Tentu berbeda (perlakuan) antara orang yang ditangkap dengan orang yang menyerahkan diri atau dengan kesadarannya bertemu menghadap petugas mengakui segala kekeliruan. Itu berbeda,” katanya.

Umi Delima alias Ipa alias Latifah alias Bunga alias Ade alias Askia menyerahkan diri ke aparat Satgas Operasi Tinombala pada Sabtu (23/7) difasilitasi petani di Poso. Dia berpisah dengan Santoso saat suaminya itu tertembak dan membawa lari satu pucuk senjata yang digunakan Santoso baku tembak dengan aparat.

Setelah diamankan aparat, Umi Delima diketahui koorperatif bahkan juga menceritakan peristiwa baku tembak antara Satgas Tinombala dengan suaminya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Nebby