Jakarta, Aktual.com – Pengamat Politik Progress Indonesia, Taufiq Amrullah mengomentari keputusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang meninggalkan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) di tanah Sunda pada tahun ini.

Taufiq beranggapan bahwa PKS terlalu ‘tunduk’ pada Gerindra dalam perkara Pilgub. Hal ini pun menjadi pertanyaan tersendiri bagi publik.

“Otonomi sebagai partai yang mandiri tergerus dan menjadi sasaran ketidakpuasan publik bahkan oleh kader PKS sendiri,” ungkap Taufiq dalam siaran pers yang diterima Aktual, Selasa (2/1).

Bersama PAN, PKS lebih memilih untuk mengikuti langkah Gerindra untuk mengusung pasangan Mayjen TNI (Purn) Sudrajat dan Muhammad Syaikhu dalam Pilgub Jawa Barat. Keputusan ini sendiri resmi disampaikan pada 27 Desember 2017 lalu.

Selain itu, ketiga parpol tersebut juga telah memutuskan untuk bergabung dalam sebuah koalisi untuk menyongsong Pilpres 2019 mendatang.

Beberapa jam setelah dukungan PKS kepada Sudrajat-Syaikhu, beredar banyak informasi yang justru menyudutkan Demiz. Taufiq pun menyebut bahwa uniknya, PKS justru mendiamkan beredarnya informasi negatif tentang Deddy Mizwar.

Ia pun menyayangkan hal bully terhadap Deddy Mizwar yang terkesan difasilitasi oleh PKS ini.

“Kasihan Demiz, sudah ditinggal dibully pula. Padahal Demiz sudah terlanjur menjadi pilihan ummat, dari berbagai sikap dan karakternya yang cukup mewakili,” sebutnya.

“Agak terlambat bagi koalisi ini meninggalkan Demiz sekaligus memunculkan Sudrajat. Entah apa yang terjadi di balik panggung,” imbuhnya.

Mantan Ketua Umum KAMMI ini pun menyoroti pertemuan antara PAN, Gerindra dan PKS yang difasilitasi oleh PKS pada beberapa waktu lalu. Pertemuan ini pun menghasilkan keputusan untuk meninggalkan Deddy Mizwar sebagai Cagub Jawa Barat, karena akan mengusung pilihan Gerindra.

Selain itu, ia juga menyebut PKS dan PAN juga secara implisit telah mengikuti apa kata Gerindra. Mungkin termasuk pancalonan Prabowo Subianto di 2019 atau apapun posisi Prabowo, sebagai presiden atau wakil presiden.

“Prabowo adalah semacam ketua kelas dan PAN sebagai wakilnya, sedangkan PKS terkesan sebagai pekerja dalam koalisi ini,” tutupnya.

Teuku Wildan A

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan