Redaksi aktual.com terjun langsung menyaksikan aksi Himpunan 812 yang berlangsung di Kuala Lumpur (8/12/2018). Dalam aksi tersebut muncul seorang Tokoh Besar yang saat ini tengah menjadi sorotan, yakni Datuk Seri Najib Razak. Dialah Perdana Menteri sebelumnya (PM ke-6) yang berkuasa selama 10 tahun (2009-2018), anak didikan Mahathir di UMNO, yang kemudian berhasil dikalahkan oleh Mahatahir pada Pemilu (Pilihan Raya Umum/PRU-14), bulan Mei lalu. Saat ini Najib tengah menjadi tersangka dalam kasus korupsi 1MDB yang membuat Malaysia hampir bangkrut setelah Mahathir duduk kembali sebagi PM.
Alasan ingin mengungkap skandal korupsi Najib, menjadikan Mahathir (usia saat ini 93 tahun) yang sebenarnya sudah pensiun dari panggung politik sejak 2003, akhirnya turun gelanggang kembali dengan mendirikan partai baru (Parti Pribumi Bersatu Malaysia) dan bergabung dengan opisisi Pakatan Harapan untuk mengalahkan Najib. Tak ada jalan lain bagi Mahathir, jika ingin menyelamatkan Malaysia maka harus ikut dalam PRU-14. Misinya adalah mengalahkan koalisi Barisan Nasional dengan UMNO sebagai partai penguasa sejak Malaysia merdeka, dan menurunkan Najib dari kursi PM, adalah jalan keluar untuk menyeret Najib ke perkara hukum.
Kemunculan Najib dalam Himpunan 812 ini adalah simbol perlawanan. Seperti halnya dilakukan oleh negara-negara yang menganut sistem demokrasi, aksi demonstrasi dengan mengarahkan ribuan massa untuk turun ke jalan adalah cara oposisi melakukan perlawanan kepada penguasa. Biasanya UMNO selama berkuasa dikritik oleh oposisi lewat aksi turun ke jalan, saat ini posisi sudah terbalik. UMNO lah sebagai pihak oposisi yang melakukan aksi turun ke jalan melakukan perlawanan kepada penguasa. Najib ingin menunjukan meskipun saat ini dirinya tengah terbelit kasus skandal korupsi, namun dia mampu mengerahkan ratusan ribu massa terutama kaum Melayu dan Islam untuk bersama-sama melawan pemerintah berkuasa.
Selain kemunculan Najib dalam aksi tersebut, juga diramaikan kehadiran Datuk Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang yang merupakan Tokoh Islam dan Presidan dari PAS. Meskipun UMNO dan PAS biasanya selalu berseberangan dalam agenda politik karena belum pernah terikat dalam koalisi, namun kali ini mereka dipersatukan dengan isu bersama yakni penolakan terhadap ratifikasi ICERD. Kedua partai ini sama-sama mengerahkan ratusan ribu massa. Masing-masing mengklaim, UMNO menurunkan sekitar 200.000, dan PAS menurunkan 250.000-300.000. Aksi yang berakhir sampai pukul 18.00 waktu Malaysia ini diakhiri dengan doa, berharap Allah SWT segera menumbangkan kezaliman Pakatan Harapan dan mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada UMNO.
Kegagalan Mahathir dan Pakatan Harapan
halaman selanjutnya…
Di tengah aksi tersebut, redaksi Aktual.com mewawancarai beberapa massa aksi. Selain ingin menyelamatkan Islam dan Melayu, mayoritas massa aksi sepakat bahwa Mahathir dengan koalisinya Pakatan Harapan telah gagal membawa perubahan Malaysia. Janji-janji politik yang diucapkan pada waktu kampanye lalu pun sekarang hanya tinggal janji tanpa adanya realisasi.
“Kita nak menegakan agama Islam di Malaysia ini. Kedua kita nak memartabatkan Melayu di Malaysia ini. Kita bantah ICERD ini bukan karena kita rasis, tapi kita nak meninggikan orang Melayu sebagai orangk asli Malaysia ini. Bagi kami Mahathir ini dia pun sudah lanjut usia. Diapun nampaknya sudah mulai berpikir tak waras, tak memperhatikan pendapat orang-orang disekelilingnya,” kata Muhammad Nazmi Adha, peserta aksi dari negeri Selangor saat diwawancarai.
“Dengan ikut perhimpunan ini, kita udah mulai tak tahan lagi. (Ini adalah bentuk kegagalan kerajaan PH) Kita nak tunjukan kepada kerajaan (Pakatan Harapan) bahwa rakyat ini ada, The Power of People. Kepemimpinan baru kita tak nampak apa yang telah mereka perbuat. Mereka bilang nak tolong Melayu tapi kita tak nampak apa-apa. Malah banyak yang mereka perbuat mereka putar balikan,” kata Amar Zafi, peserta aksi dari Pucuk.
Mahathir: Demonstrasi Tak Bisa Tumbangkan Pemerintahan Demokratis
halaman selanjutnya…