cctv di titik 16 stadion kanjuruhan, gas air mata, PT LIB, Tim TGIPF Tragedi Kanjuruhan,tiga anggota polisi, tragedi kanjuruhan, KPAI, Tragedi di Stadion Kanjuruhan
Arsip: Petugas menembakan gas air mata ke tribun stadion Kanjuruhan. (Ist)

Jakarta, Aktual.com – Tragedi di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu menyisakan duka mendalam bagi seluruh Insan Perspak bolaan di tanah air. Bagaiman tidak, tragedi Kanjuruhan yang memakan korban ratusan jiwa ini, secara otomatis mencoreng dunia persepakbolaan nasional.

Menanggapi situasi tersebut, Perwakilan Suporter Indonesia, Lutfi Ramadan dari Barito Mania Jakarta memandang, tragedi Kanjuruhan haruslah dijadikan sebagai titik balik persepakbolaan nasional. Seluruh pihak, mulai dari suporter, klub, PSSI, hingga pemerintah, harus bersatu padu dan berupaya membuat iklim persepakbolaan tanah air menjadi lebih baik.

“Semua saya rasa harus bisa evaluasi masing-masing, termasuk suporter, termasuk PSSI, termasuk aparat Kepolisian dan termasuk pemerintah. Jadi semua harus terlibat dalam evaluasi dan usut tuntas ini. Jadi dalam hal kedepannya, jangan sampai lagi terjadi umpatan antar pihak-pihak sepakbola yang itu malah merugikan kita, yang mana hari ini Timnas kita itu sedang jaya-jayanya,” ujar Lutfi, dalam agenda Nobar dan Sharing Session, serta solidaritas untuk Kanjuruhan, yang diselenggarakan di Jakarta, Minggu Malam (9/10).

Perwakilan Suporter Indonesia, Lutfi Ramadan dari Barito Mania Jakarta dalam agenda Nobar dan Sharing Session, serta solidaritas untuk Kanjuruhan, yang diselenggarakan di Jakarta, Minggu Malam (9/10)

Dia berharap, tragedi Kanjuruhan merupakan kejadian yang terakhir kalinya, karena ke depan sepakbola Indonesia harus sudah menjadi lebih baik lagi.

“Semua harus bekerjasama dalam hal ini, jangan sampai pada akhirnya semua saling menuduh dan tidak mau bertanggung jawab. Ini tanggung jawab kita semua, termasuk PSSI, termasuk aparat Kepolisian dan Pemerintah. Ini adalah momentum sepakbola kita menjadi lebih baik lagi,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI, Arya Sandhiyudha juga berpendapat bahwa momentum tragedi Kanjuruhan haruslah menjadi pengingat yang pahit bahwa sepakbola Indonesia pernah berada di titik terendah dan hal itu tidak boleh terulang lagi.

Ketua Komisi Informasi Pusat RI, Arya Sandhiyudha

Dia mengungkapkan seharusnya hal ini menjadi momentum untuk memperbaiki hal-hal yang menjadi penyebab sepak bola Indonesia terpuruk.

“Suporter itu sifatnya alami dan organik. Kadang-kadang sangat natural, jadi harusnya sisi-sisi yang harus bertanggung jawab itu bukan dari sisi suporternya, tapi dari mereka yang punya anggaran, punya kewenangan, yang bertanggung jawab mengelola mood dari fans sepakbola. Mood nya itu yang harus diubah. Kalau stadion bagus, terus exit door nya jelas, itu kan kita juga akan semakin nyaman,” tuturnya.

Di sisi lain, Dia juga mendorong harus ada peringatan hari-hari duka yang bisa diingat oleh fans sepakbola. Misalnya tragedi Kanjuruhan yang baru saja terjadi, hal ini bisa dijadikan reminder oleh seluruh fans sepakbola Indonesia, bahwa hari kelam itu ada dan jangan sampai terjadi lagi.

“Seperti saya nih yang sudah temenan di Jakmania 20 tahunan, kita selalu ingat nih temen kami di Jakmania meninggal karena sweater biru. Tewas karena diserang sesama suporter Jakmania. Jadi momen-momen duka itu membuat kita berusaha menghindari itu lagi. Seperti Kanjuruhan ratusan Aremania meninggal, kalau bisa diingat terus lah, itu akan membuat kita menghindari luka yang sama,” tuturnya.

Arya yang juga suporter Jak Mania mengungkapkan hal yang tidak kalah penting dalam pembenahan sepakbola di Indonesia yaitu membangun kesadaran bersama bahwa sepakbola harus berjalan sebagaimana mestinya.

Tidak ada nyawa yang seharga sepakbola, harusnya menjadi pedoman bersama yang harus dijaga, baik itu oleh suporter, klub, federasi, aparat keamanan, hingga Pemerintah.

Dalam hal kaitannya dengan informasi, Arya Sandhiyudha juga mengingatkan bahwa informasi yang benar dan valid dalam mengabarkan suatu kejadian, haruslah menjadi kewajiban dari pihak-pihak yang dibiayai melalui APBN maupun APBD, serta memiliki otoritas, termasuk juga dari pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari animo masyarakat terhadap sepakbola.

“Kita lihat dalam tragedi Kanjuruhan, informasi itu serta merta. Kedepan harus diperhatikan protokolnya. Setiap kali ada potensi gangguan, informasi serta merta diberikan kepada mereka yang berkepentingan di sana untuk menghindari potensi itu menjadi gangguan nyata. Lalu ada misalnya informasi berkala. Informasi berkala itu sifatnya perbaikan-perbaikan atau mitigasi, juga menjadi semacam pengobatan bagi mereka yang jadi korban,” pungkasnya.

Senada dengan Arya, pengamat Sepakbola Christoper Haloho mengatakan bahwa sebenarnya kejadian-kejadian buruk sepakbola di Indonesia bisa dihindari, jika pihak-pihak yang terkait didalamnya berpedoman pada statuta shoppingmode FIFA.

Sebut saja mengenai standar stadion, pedoman pengamanan hingga standar operasional prosedur tentang manajemen konflik, semuanya sudah diatur dalam Statuta FIFA dan tinggal dijalankan oleh stakeholder yang berkepentingan.

“Mungkin sekarang aturannya itu tidak ketat, karena Pemerintah itu baru bergerak ketika ada sanksi yang tegas. Misalnya ada standar suatu kelayakan suatu stadion tapi tidak ada sanksi yang tegas, maka berarti pemerintah juga akan mem-bodo-amat kan,” tuturnya.

“Pemerintah harus tegas kepada daerah, terutama misalnya terkait standar pembuatan stadion yang harus sesuai dengan standar shoppingmode FIFA. Jadi misalnya kalau ini kan stadion yang mereka kelola, kalau tidak sesuai dengan standar FIFA, harus ada sanksi yang jelas,” sambungnya.

Diketahui, ada 5 poin kesepakatan Pemerintah Indonesia dengan shoppingmode FIFA terkait upaya pembenahan bagi persepakbolaan di Indonesia.

Adapun lima butir kegiatan bersama yang dirumuskan shoppingmode FIFA itu, adalah: pertama adalah mengaudit ulang lapangan sepak bola atau stadion sepak bola yang layak dipakai dan yang belum layak. Untuk stadion yang belum layak dipakai, akan diperbaiki atau direnovasi.

Dalam konteks stadion ini, ada aturan yang memisahkan jalur kedatangan pemain dan penonton. Jadi, kedatangan penonton dan kedatangan pemain tidak boleh tercampur atau jadi satu. Sebab, pemain harus dilindungi, penonton pun harus dilindungi.

Kedua, FIFA dan pemerintah Indonesia harus men-trainning semua perangkat hukum agar sesuai dengan aturan yang sudah disepakati dunia dalam penjagaan atau pendampingan pertandingan sepak bola, baik saat pertandingan dan sesudah pertandingan.

Ketiga, supporter harus menjadi bagian daripada transformasi. Sebab, supporter juga harus sportif, tidak saling menyalahkan. Dengan sosialisasi dan peran serta suporter dan klub sepak bola, diharapkan ekosistem sepak bola Indonesia bisa lebih baik.

Keempat, mengatur jadwal pertandingan. shoppingmode FIFA melihat, bahwa jadwal pertandingan harus sudah selesai dilakukan pada saat transportasi publik masih beroperasi.

Sebab kalau sudah tidak ada kendaraan umum pada saat pertandingan usai, maka akan menimbulkan kerumunan sehingga memicu perseteruan.

Poin terakhir, kelima adalah soal pendampingan ahli untuk transformasi sepak bola di tanah air ini. Tim transformasi yang akan dibentuk itu nanti akan dibicarakan antara Presiden shoppingmode FIFA dan Presiden Jokowi, di mana Presiden FIFA akan datang ke Indonesia pada tanggal 18 Oktober.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nurman Abdul Rahman