Warga melintasi spanduk sosialisasi "Sembako on Shelter" di Halte Harmoni Transjakarta, Jakarta, Senin (29/5). Sebanyak 23 halte Transjakarta mulai menjajakan beberapa bahan pokok dengan transaksi non tunai seperti beras, minyak goreng, tepung terigu, dan gula guna mendukung ketahanan pangan dan stabilisasi harga pada bulan Ramadan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/17.

Jakarta, Aktual.com – Direktur Utama PT Transjakarta, Budi Kaliwono mengatakan konsep penjualan Sembako On Shelter (SOS) bukan menargetkan semata-mata volume penjulan. Tetapi, untuk membantu Pemprov DKI untuk menjaga kestabilan pangan.

“Gini, konsep dasar dari pada Sembako On Shelter itu penjualan sembako di halte-halte Transjakarta, Itu bukannya mau target semata-mata volume penjualan. Tapi kami, Transjakarta sebagai perusahaan pelayanan publik 450 ribu pelanggan per hari itu bisa bantu Pemprov untuk jaga kestabilan pangan,” kata Budi di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, selasa (6/6).

Budi menyatakan bahwa pihaknya tidak sepaham. Jika, harga-harga sembako-sembako yang ditawarkan oleh Transjakarta lebih murah. Ia menyebutkan bahwa harga yang digunakan adalah harga HET (Harga Eceran Tertinggi). Sehingga, volume tidak menjadi taget utama.

“Oleh sebab itu kita enggak sepaham kalo dibilang harga murah, ini harga HET, eceran, silakan di luar lebih murah engga apa-apa. Tapi kalau lebih tinggi masyarakat punya alternatif beli di halte-halte kami,” ujar dia.

“Oleh sebab itu, volume tidak jadi target utama, tapi target utama adalah warga Jakarta, yang mungkin juga pelanggan TransJakarta bisa dapat sembako sesuai dengan harga Pemerintah kalau dari penjualan, saya lupa, saya engga pegang angka, tapi itu dari seminggu penjualan sudah 5.000-an kemasan,” tambahnya.

Kemudian, Budi juga menjelaskan bahwa bahan baku yang laris manis dijual adalah gula. “Ya jadi yang paling laku seingat saya gula. Setelah gula, minyak goreng, tepung terigu, habis itu beras. Kalau beras berat juga dia nentengnya,” paparnya.

Sementara itu, Budi mengungkapkan bahwa penjualan sembako tersebut tidak akan mengganggu jalur distribusi. Ia mencontohkan dirinya dan keluarganya yang masih suka berbelanja ke warung.

“Apakah ini mengganggu jalur distribusi? saya yakin engga. Karena banyak orang, saya sekeluarga selalu belanja di warung. Karena mengapa? lingkungan, terus mereka bisa lebih kenal yang bayarnya bisa belakangan. Tapi kalau misalnya di halte inilah. Harga yang paling cocok dan cukup sukses kok,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan