Kepala BKPM Franky Sibarani (tengah) didampingi dengan Deputi bid Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis (kanan) dan Deputi bid Pengendalian Iklim Penanaman Modal Farah Indriyani (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan tentang target pertumbuhan investasi 2016 di Jakarta, Jumat (8/1). BKPM menargetkan pertumbuhan investasi 2016 sebesar Rp 594,8 triliun naik 14 persen dibandingkan target yang dicanangkan pada tahun 2015 sebesar Rp 519 triliun. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama/16. *** Local Caption ***

Jakarta, Aktual.com — Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan investor asal Taiwan akan berinvestasi di Indonesia dengan nilai mencapai USD 2,5 Miliar (setara dengan Rp 34,75 Triliun dengan kurs dolar AS Rp 13.900).

Saat ini Investor tersebut masih mencari lokasi yang tepat dengan mempertimbangkan ketersediaan gas bumi yang dibutuhkan sebagai bahan baku. Adapun sektor yang diminati kali ini adalah industri petrokimia dengan produk ammonia dan mega-methanol.

“Nilai investasi yang disampaikan cukup besar. Oleh karena itu, BKPM akan terus mengawal sampai tuntas realisasinya, termasuk masalah lokasi proyek dengan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan” ujar Franky dalam keterangan pers yang diterima Aktual.com, Kamis (10/3).

Franky menambahkan bahwa rencananya akan dibangun dua pabrik masing-masing seluas 100 Ha yang akan dilakukan dalam dua tahap.

Tahap pertama digunakan untuk memproduksi amonia sebesar 600 KMTA (kilo metric ton per annum) dan tahap kedua untuk memproduksi megamethanol 1.800 KMTA.

Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa industri petrokimia tergolong industri strategis yang dapat meningkatkan pasokan kimia dasar yang dibutuhkan industri di Indonesia.

“Industri ini tergolong industri subsitusi impor yang memiliki nilai strategis dan menjadi prioritas BKPM sejak tahun lalu,” jelasnya.

Franky berharap dengan masuknya investasi dari Taiwan tersebut dapat mendukung pencapaian realisasi investasi tahun 2016 sebesar Rp 594,8 triliun, khususnya sumbangan dari penanaman modal asing yang dipatok sebesar Rp 386 triliun atau 65% dari total realisasi investasi yang ditargetkan masuk.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka