Ilustrasi- Thahara

Jakarta, Aktual.com– Sering kita temui kotoran-kotoran menempel di badan, baju atau tempat shalat yang dapat membatalkan ibadah shalat kita. Dalam istilah ilmu fiqih kotoran tersebut dinamakan najis, najis adalah segala sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidah sahnya ibadah shalat.

Di dalam kajian ilmu fiqih najis dikelompokkan dalam 3 kategori, yakni najis mukhaffafah, najis mutawasithah, dan najis mughalladzhah. Sebagaimana ditulis oleh Syekh Salim bin Sumair al-Hadrami dalam kitab Safinatun Najaa:

فصل النجاسات ثلاث: مغلظة ومخففة ومتوسطة المغلظة نجاسة الكلب والخنزير وفرع احدهما والمخففة بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين والمتوسطة سائر النجاسات

“Fashal, najis ada tiga macam: mughalladhah, mukhaffafah, dan mutawassithah.Najis mughalladzhah adalah najisnya anjing dan babi beserta anakan salah satu dari keduanya. Najis mukhaffafah adalah najis air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan selain air susu ibu dan belum sampai usia dua tahun. Sedangkan najis mutawassithah adalah najis-najis lainnya.”

Ketiga najis-najis tersebut memiliki cara masing-masing untuk menyucikannya. Adapun tata cara menyucikan najis sebagai berikut:

Pertama, Najis Mughalladzhah

Dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak 7 kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan air, mesti dihilangkan dulu wujud najisnya. Dengan hilangnya wujud najis tersebut tidak ada lagi warna, bau dan rasanya. Namun secara hukum najisnya masih ada di tempat yang terkena najis karena belum dibasuh dengan air

Untuk benar-benar menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah dibasuk dengan air sebanyak 7 kali basuhan dimana salah satunya dicampur dengan debu.

Kedua, Najis Mukhaffafah

merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan dan minum selain ASI dan belum berumur dua tahun, dapat disucikan dengan cara memercikkan air ke tempat yang terkena najis.

Cara memercikkan air ini harus dengan percikan yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang terkena najis. Air yang dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air kencing yang mengenai tempat tersebut. Setelah itu barulah diperas atau dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air yang dipakai untuk menyucikan harus mengalir.

Ketiga, Najis Mutawassithah

Dapat dihilangkan dengan cara menghilangkan wujud najisnya hingga jika dirasa tidak ada lagi warna, bau dan rasanya baru kemudian menyiramnya dengan air yang suci dan menyucikan.

Mengetahui kategori najis dan cara menyucikannya merupakan salah satu perkara yang harus diketahui oleh Umat Islam. Karena, perkara tersebut merupakan salah satu perkara yang dapat membantu sahnya shalat atau tidak.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra