Jakarta, Aktual.com – Pada 3 Januari 2020 silam, militer Angkatan Udara AS menyerang iring-iringan Jenderal Besar Iran, Qassem Soleimani dan sejumlah petinggi militer Iran yang datang sebagai tamu kenegaraan Irak.

Sesaat setelah serangan yang menewaskan Soleimani tersebut, Presiden AS, Donald Trump, memberikan pernyataan telah memerintahkan militer AS untuk membunuh Jenderal kebanggaan Iran itu.

Setahun berlalu, muncul pertanyaan, dapatkah Iran menyeret AS ke Mahkamah Internasional untuk diadili atas pembunuhan terhadap Soleimani?

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Reza Widyarsa, meyebutkan, sangat dimungkinkan untuk adanya peradilan terhadap pelaku pembunuhan Soleimani, namun dengan sejumlah persyaratan.

“Yang bisa membawa ini adalah Iran maupun Irak. Kalau negara lain yang tidak terkait membawa ke Mahkamah Internasional, itu harus ada kerja sama dari negara yang bersangkutan soal pembuktian dan lain sebagainya. Bisa, hanya masalahnya pengakuan dari Pentagon itu tidak cukup dan harus ada bukti-bukti yang lain yang menyebutkan keterlibatan pemerintah AS di situ,” ungkap Reza, Minggu (03/01).

Reza menilai, jika kasus pembunuhan Soleimani dibawa ke ranah hukum internasional, dipastikan akan berpengaruh pada kasus serupa yang dilakukan oleh negara lain.

“Masalahnya jika ini dibawa ke Mahkamah Internasional, akan berdampak pada kasus serupa yang dilakukan oleh negara lain,” tambahnya.

Irak sebagai lokasi kejadian disebut pula masuk ke dalam perhitungan AS, agar tidak melaporkan serangan terhadap iring-iringan Soleimani ke Mahkamah Internasional.

“Karena, bagaimanapun Irak dalam hal ekonomi, asistensi militer, masih tergantung bersama AS. Jadi, sudah diperhitungkan, Irak tidak akan membawa hal-hal itu ke Mahkamah Internasional,” jelas Reza.

Meski, Reza tidak memungkiri Iran memiliki kemampuan untuk membalas perbuatan AS atas kematian Soleimani, dengan melibatkan agen rahasia dalam operasi khusus.

“Itu (balas dendam) yang dikhawatirkan banyak pihak, bahwa Iran akan membawa hal ini ke pembalasan seperti itu. Bukan ke ranah hukum. Karena, Iran pun pernah melakukan pembunuhan terhadap diplomat Arab Saudi di Amerika Serikat, yang saya bahas sebelumnya oleh agen rahasianya. Kemungkinan Desember lalu, agen Mossad (Israel) dibunuh di Israel, yang katanya terlibat dengan pembunuhan ilmuwan nuklir Iran (Mohsen Fakhrizadeh). Iran itu juga melakukan hal yang sama seperti dilakukan AS. Itu adalah bagian dari operasi intelijen dan special operation yang memang dilakukan oleh negara-negara lain,” pungkasnya.

Kematian Jenderal Besar Iran, Qassem Soleimani akibat serangan Angkatan Udara Amerika Serikat setahun lalu, menyisakan luka bagi rakyat Iran.

Rakyat Iran marah, tidak terkecuali pihak keluarga.Anak perempuan Soleimani, Zeinab.

Dirinya mengutuk tindakan AS atas kematian sang ayah.

“Seluruh keluarga para tentara AS di Asia Barat, yang menjadi saksi dari kekejaman perang AS di Suriah, Irak, Lebanon, Afghanistan, Yaman dan Palestina, akan menghabiskan hari-hari mereka dengan menunggu kabar kematian dari anak-anak mereka,” ungkap Zeinab saat prosesi pemakaman Soleimani pada 6 Januari 2020.

AS berdalih serangan udara oleh pasukan militer Angkata Udara, 3 Januari tahun lalu, adalah untuk menghancurkan “serangan segera” yang direncanakan oleh Soleimani terhadap rakyat AS di Irak.

“Saya bisa ungkapkan saya percaya, bahwa itu (serangan segera-red) direncanakan untuk meruntuhkan kedubes (AS), tapi saya yakin Baghdad pasti akan memimpin. Saya yakin itu (serangan) ditujukan kepada Kedubes, bisa saja ke basis militer, bisa saja ditujukan ke hal-hal lainnya. Tapi, serangan itu segera dan tiba-tiba dia (Soleimani) ditembak,” ucap Trump dalam wawancara khusus yang disiarkan oleh Fox News.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i