Dalam perkembangannya, instrumen-instrumen keuangan baru juga diperkenalkan seperti reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang didorong dari proses inisiasi, penyesuaian regulasi dan sampai tahapan implementasi, sebagai salah satu dari contoh creative financing yang telah diarahkan Presiden Joko Widodo.

“Kita harus terus membangun infrastruktur, apalagi saat ini stok infrastruktur Indonesia terhadap PDB berdasarkan data 2012, baru mencapai 38 persen. Itu jauh dari negara lain seperti India yang mencapai 58 persen, China 76 persen, Polandia 80 persen, dan Afrika Selatan 87 persen,” kata dia.

Selain itu, klaim Bambang, dalam rangka creative financing juga dengan pemanfaatan dana-dana kelolaan jangka panjang untuk masuk ke dalam pembiayaan ekuitas proyek infrastruktur. Langkah ini bagus karena memberikan imbal hasil yang optimal. Ini yang terus didorong pemerintah.

“Skema PINA saat ini telah berhasil diterapkan pada proyek pembangunan jalan tol milik Waskita Toll Road dengan nilai total Rp3,5 triliun pada Februari 2017,” ujarnya.

Pembangunan infrastruktur dengan skema PINA juga menargetkan pada akhir 2017 membantu dalam pembangunan proyek bandara internasional Jawa Barat, beberapa dua ruas jalan tol Trans jawa, Jabotabek, dan luar Jawa, dan pada pembangkit listrik dengan energi, dengan nilai total sekitar Rp10 triliun.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid