Chatib Basri. (ilustrasi/aktual,com)

Jakarta, Aktual.com – Mantan Meteri Keuangan Chatib Basri menyebut, tantangan perekonomian nasional di tahun ini kian berat, karena selain beban utang kian berat, penerimaan negara juga masih seret. Sehingga ekspansi fiskal oleh Menkeu Sri Mulyani akan kian terbatas.

“Tahun ini utang pemerintah akan jatuh tempo Rp200 triliun sementara defisit anggaran bisa capai Rp280 triliun. Sehingga totalnya Rp480 triliun. Jadi pemerintah akan terbitkan bond (surat utang) Rp480 triliun tahun ini,” papar Chatib di Jakarta, Selasa (24/1).

Surat utang itu, kata dia, akan diambil dari masyarakat dan perbankan yang disedot Rp500 triliun. Dampaknya, likuiditas perbankan (loan to deposit ratio/LDR) bank bisa tinggi.

“Kalau loan lebih tinggi, maka LDR akan naik di atas 100 persen. Kalau begitu, kredit cuma 8-10 persen. Artinya investmen remain sluggish (melempem) lagi, walau sedikit improved,” ujar dia.

Di sisi lain, kendati tax amnesty dianggap sukses, tapi harus dilihat secara hati-hati. Karena jika dilihat penerimaan pajak dari 2015 ke 2016 termasuk TA cuma meningkat 3,48 persen, padahal pertumbuhan ekonomi 5 persen dan inflasi 3 persen. Harusnya pertumbuhan pajak capai 8 persen.

“Jadi sebenarnya tax revenue tanpa TA adalah Rp962 triliun. Negatif hampir 5 persen. Jika begitu, ruangnya Sri Mulyani untuk ekspansi fiskal akan terbatas,” jelas dia.

Sehingga sekalipun pertumbuhan capai 5-5,2 persen, orang tetap bahagia karena Indonesia salah satu yang atraktif di dunia.

“Tapi itu justru bukan karena kita bagus, tapi karena negara lain masih banyak yang lebih buruk dibanding kita,” kritik dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh: