Malang, Aktual.com – Ahli penyakit kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) Malang Sinta Murlistyarini mengemukakan vaksin cacar air atau varicella mampu memproteksi tubuh manusia dari cacar monyet (monkeypox) hingga 80 persen.

“Virus cacar monyet ini bisa dicegah sejak dini dengan pemberian vaksin cacar air atau varicella. Vaksin varicella ini bisa melindungi tubuh manusia hingga 80 persen,” kata Sinta Murlistyarini di Malang, Jawa Timur, Sabtu (18/5).

Menurut Sinta, pada dasarnya gejala penyakit cacar monyet hampir sama dengan cacar air, seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, muncul bintil-bintil berisi air di seluruh tubuh, dan ruam kulit muncul pada wajah.

Namun, lanjutnya, yang membedakan pada hari kelima hingga ketujuh bintil-bintil berisi air menjadi bernanah dan agak keras saat disentuh. Pada akhir minggu kedua, bintil-bintil itu akan menjadi keropeng dan bertahan sekitar satu minggu. Setelah tiga minggu, ruam akan menghilang dan bintil-bintil tidak lagi menular.

Cacar monyet termasuk penyakit zoonotic atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia, atau manusia ke hewan. Penularannya melalui gigitan, cakaran, kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi di kulit dan mukosa dari hewan liar, seperti primata (monyet), rodents, dan juga makan daging hewan yang terinfeksi yang tidak dimasak dengan baik.

Cacar monyet rentan menyerang ke orang yang kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, baik melalui darah, cairan tubuh, urine atau kulit, makan daging satwa terinfeksi yang tidak dimasak dengan baik, kontak langsung dengan penderita yang terkena saluran pada saluran pernafasan, atau terkena cairan pada plenting di kulit.

“Penularan antarmanusia bisa terjadi, namun tidak mudah dan terbatas. Penularannya bisa melalui cairan pernafasan (batuk, bersin) atau luka pada kulit,” paparnya.

Sejak 1970, cacar monyet menular dari hewan yang terinfeksi. Awalnya di Republik Demokratik Kongo, lalu tahun 2007 menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Nigeria. Sedangkan di Indonesia baru ramai dibicarakan karena ada kasus di Singapura yang berasal dari warga negara Nigeria.

“Perlu ada screening khusus di bandara terhadap wisatawan asing yang akan masuk ke Indonesia, terutama dari Singapura atau negara endemis cacar air (Afrika tengah dan Afrika barat),” ucapnya.

Sementara itu, Staf Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Division Tropik Infeksi FK UB Didi Candradikusuma memaparkan cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.

Virus ini termasuk golongan orthopoxvirus yang di dalamnya adalah variola virus (penyebab penyakit cacar small pox), virus vaccinia (digunakan untuk vaksin terhadap variola virus) dan virus cowpox.

Jadi monkeypox virus satu golongan dengan virus variola yang dikenal sebagai penyebab cacar yang sudah dinyatakan punah oleh WHO pada pertengahan tahun 1980-an. Namun, berbeda dengan virus cacar air (Varicella) yang saat ini masih sering timbul di masyarakat.

Reservoir alami dari virus monkeypox ini masih belum jelas, namun beberapa spesies tikus Afrika diduga berperan dalam transmisi penyakit ini. Ada dua kelompok genetik virus monkeypox, yakni Central African dan West African.

Manusia yang terinfeksi oleh virus monkeypox Central African lebih berat secara klinis dibanding yang terinfeksi oleh kelompok virus West African dengan angka kematian yang cukup tinggi.

Transmisi dari manusia ke manusia terjadi pada Central African virus, namun sangat terbatas untuk virus monkeypox yang West African

Pencegahan terhadap penyakit Monkeypox ini antara lain dengan menghindari kontak dengan tikus dan primata terinfeksi serta membatasi paparan langsung terhadap darah dan daging hewan liar, membatasi kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi harus dihindari.

“Selain itu, memakai sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya yang sesuai saat menangani hewan yang terinfeksi dan saat merawat orang yang sakit, petugas kesehatan dianjurkan melakukan vaksinasi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Didi.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan