Jakarta, Aktual.com — Burung merpati ternyata bisa membantu para ilmuwan, dalam membuat kemajuan besar di dunia medis khususnya kanker payudara, berdasarkan sebuah artikel ilmiah ‘peer-review’ yang diterbitkan pekan ini di jurnal ilmiah PLOS One.

Para ilmuwan mengajarkan 16 burung merpati untuk mematuk tombol berwarna untuk membedakan antara slide jinak atau ganas. Selain itu, juga memogram otak burung tersebut belajar dari kesalahan, demikian Majalah Smithsonian melaporkan.

Memberikan efek kecerdasan terhadap burung, Hans mengacu pada hewan kuda yang pernah diyakini mampu mempelajari Aritmatika, namun sayang faktanya justru manusia yang mengajarkan kuda. Namun, merpati melakukan semua pembelajaran dalam kotak tanpa kehadiran manusia, menurut Sains .

Dengan pelatihan memberikan makanan, merpati mempunyai “kemampuan luar biasa” untuk membedakan antara jaringan kanker ganas atau jinak. Dan, merpati juga mampu menggeneralisasi pengetahuan mereka sekaligus menerapkannya ke dalam gambar yang tidak pernah terlihat sebelumnya, menurut penelitian tersebut.

“Merpati tidak bisa menulis puisi, tapi mereka sudah jutaan tahun mampu mengembangkan kemampuan yang mereka butuhkan untuk menavigasi dunia yang sangat rumit serta berbahaya,” demikian kata pemimpin studi, Richard Levenson, Profesor dari Departemen patologi dan laboratorium kedokteran di University of California, kepada majalah Smithsonian.

“Jadi tidak mengejutkan bagi saya bahwa mereka (merpati) bisa melakukan patologi!”

Ahli radiologi dan patolog bekerja selama bertahun-tahun untuk memperbaiki keterampilan visual merpati untuk mengidentifikasi penyakit kanker, namun berdasarkan gerakan yang cepat di mana merpati mampu belajar untuk membedakan antara gambar kanker ganas dan jinak.

Nampaknya, burung merpati bisa bermanfaat untuk menjadi ahli medis sebagai pengganti foto rekam medis dokter selama ini, di masa depan.

Para peneliti menemukan, bahwa merpati meningkatkan kemampuan mereka dalam membedakan antara jaringan payudara ganas atau jinak dari 50 persen pada awal studi hingga 85 persen dari hari ke hari (selama dua Minggu). Di hari ke-25, burung merpati mencapai kebenaran (ketepatan) sebesar 90 persen.

Namun demikian, cara burung merpati mematuk- bukan secara langsung-untuk mengetahui apakah penderita memiliki kanker. Melainkan hanya warna dan kualitas gambar yang dipengaruhi pilihan si burung.

Saat mendatangi ruang radiologi, merpati juga dapat mendeteksi kanker jenis ‘microcalcifications’ – berupa deposit kalsium yang bisa menjadi indikasi dari kanker payudara. Tapi, merpati membutuhkan waktu yang lama dalam mengidentifikasi kepadatan jaringan tertentu yang mengindikasikan kanker payudara.

Di samping itu, manusia juga sering menghadapi masalah yang sama, seperti bercak kepadatan dalam gambar mammogram yang begitu rumit dijelaskan.

Merpati dengan sistem visual mirip dengan manusia, dikaji lebih mendalam oleh peneliti. Temuan menunjukkan merpati juga dapat membantu mengevaluasi teknologi pencitraan baru.

“Sensitivitas merpati untuk fitur diagnostik yang menonjol dalam gambar medis menunjukkan bahwa mereka dapat memberikan kontribusi yang dapat diandalkan pada tingkat variabel yang berperan dalam produksi, manipulasi, dan tampilan alat diagnosa terpenting. Sekaligus membantu peneliti dan ilmuwan teknik untuk terus berinovasi,” demikian Levenson mengatakan dalam sebuah pernyataan di University of Iowa.

Bagi Anda (pembaca Aktual.com) yang ingin melihat kecerdasan burung merpati dalam membedakan kanker payudara yang jinak atau ganas bisa menontonnya dengan me-klik link atau tautan di bawah ini:

Video Cara Burung Merpati Bedakan Kanker Payudara Jinak atau Ganas

Artikel ini ditulis oleh: