Jakarta, Aktual.com – Warga Bolivia menolak upaya Presiden sayap kiri Evo Morales kembali memimpin untuk keempat kali, yang berpeluang memperpanjang masa kepresidenannya hingga 2025.

“Morales, presiden terlama di negara itu, kalah dalam penentuan pendapat rakyat dengan perolehan suara 52,3 persen berbanding 47,7 persen,” kata jajak pendapat Ipsos, yang disiarkan televisi swasta ATB, Senin (22/2).

Itu kekalahan terburuk politik nasional Morales dan yang pertama. Morales memimpin bangsa Andean itu selama satu dasawarsa.

Dia mengatakan berharap memperoleh suara 70 persen.

Pada bulan lalu, ia menjadi presiden terlama sejak kemerdekaan Bolivia dari Spanyol pada 1825, prestasi langka di negara terkenal dengan kudeta militer dan pemerintahan goyah dan berumur pendek.

Morales, yang berusia 56 tahun, adalah presiden pertama keturunan pribumi, yang terpilih secara demokratis di Bolivia.

Kampanye itu secara resmi berakhir pada Kamis (18/2), tetapi terus berlanjut di laman media gaul, seperti Facebook dan Twitter sepanjang akhir pekan.

Morales membawa pertumbuhan ekonomi kuat di Bolivia, tetapi lawan menuduhnya memimpin korupsi dan investasi dalam proyek prasarana mencolok dengan mengorbankan kesehatan dan pendidikan.

Kebijakan Morales terbaru, dan mungkin yang paling merusak, adalah skandal terkait dengan tuduhan menganakemaskan CAMC, perusahaan rekayasa Tiongkok, yang menang lelang untuk perluasan kereta api utama.

Salah satu manajer utama di kantor CAMC La Paz adalah Gabriela Zapata, yang berusia 28 tahun, mantan pacar Morales.

Morales tidak menikah dan merekrut kakaknya untuk melakukan fungsi sebagai ibu negara.

Namun, ia baru-baru ini mengaku memiliki anak dengan Zapata selama hubungan dua tahun yang dimulai pada tahun 2005 ketika ia berusia 18 tahun. Morales mengatakan anak itu kemudian meninggal.

Presiden itu membantah tuduhan korupsi sebagai “tipuan kedutaan besar AS” untuk mendiskreditkan dirinya, dan menegaskan bahwa ia “tidak menyembunyikan apa pun”.

Dalam upaya membersihkan namanya, Morales meminta pihak berwenang akuntansi negara itu menyelidiki proses penandatanganan kontrak senilai 576 juta dolar AS antara pemerintah dan CAMC.

Kongres juga telah membuka penyelidikan atas tuduhan korupsi tersebut.

Keberuntungan Morales yang merupakan sekutu dekat mendiang Presiden Venezuela Hugo Chavez diuji di saat para pemimpin kiri di negara Amerika Latin juga tengah diterpa kekecewaan.

Morales lahir di Orinco, kota pertambangan di Wilayah Oruro di Altiplano, dataran tinggi Bolivia. Seperti banyak penduduk asli di dataran tinggi, keluarganya pindah ke dataran rendah di Bolivia timur pada awal 1980-an dan menetap di Chapare untuk bertani, termasuk menanam koka, bahan mentah untuk membuat kokain.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara