Jakarta, Aktual.co —Misi PBB untuk Jalur Gaza mengatakan pada Selasa (27/1) bahwa mereka kekurangan sumbangan dana dari dunia internasional. Keterlambatan ini membuat molornya pembayaran pembangunan puluhan ribu rumah yang hancur akibat invasi Israel pada Juli-Agustus tahun lalu.

“Warga betul-betul tidur diantara reruntuhan, anak-anak meninggal karena hypothermia,” kata Robert Turner, direktur operasi bagi Badan Bantuan dan Pembangunan PBB (UNRWA) di Gaza dalam sebuah pernyataan. Ia menambahkan, UNRWA hanya menerima US$135 juta dari US$720 juta yang dijanjikan oleh pendonor untuk membantu 96 ribu pengungsi yang rumahnya rusak atau hancur dalam perang selama 50 hari tahun lalu itu.

“Tidak jelas mengapa dana ini tidak datang,” kata Turner, tanpa mengidentifikasi siapa saja sumber dana. “Sementara ada beberapa sumber dana yang tersedia untuk mulai membangun rumah yang hancur total, badan (UNRWA) kewalahan untuk membiayai perbaikan dan subsidi sewa.”

Sejauh ini, menurutnya, UNRWA telah mengeluarkan US$77 juta untuk 66 ribu keluarga untuk memperbaiki rumah mereka atau mencari alternatif sementara, namun kini karena dana yang menipis, UNRWA “terpaksa menghentikan sementara bantuan dengan dana tunai.” Hanya sedikit dari total US$5,4 miliar dana yang disepakati untuk merekonstruksi Gaza di konferensi internasional Kairo pada Oktober lalu yang telah mencapai Gaza, sementara ribuan warga Palestina tinggal di tenda-tenda penampungan dekat rumah mereka yang hancur.

Ribuan lainnya harus tinggal di reruntuhan rumah mereka, dengan menggunakan atap plastik untuk melindungi diri dari hujan. Sekitar 20 ribu yang rumahnya rusak total juga masih tinggal di bangunan sekolah milik PBB.

“Warga (Gaza) putus asa dan masyarakat internasional bahkan tidak dapat memberikan bantuan minimal—misalnya perbaikan rumah di musim dingin—apalagi pencabutan blokade, akses ke pasar atau kebebasan bergerak,” kata Turner. Dia mengatakan UNRWA memerlukan US$100 juta dengan segera di kuartal pertama 2015 untuk memperbaiki kerusakan kecil pada rumah dan untuk subsidi sewa.

Mesir dan Israel mempertahankan blokade Gaza, dengan kedua negara beralasan pembatasan itu untuk keamanan. Israel memonitor impor bahan bangunan dengan ketat ke wilayah itu, mengatakan Hamas bisa menggunakan bahan bangunan tersebut untuk membangun kembali terowongan antara Palestina dan Israel yang digunakan Hamas untuk menyerang. Pertempuran politik internal antara Hamas dan Otoritas Palestina yang didukung Barat, juga menjadi faktor utama lambannya rekonstruksi Gaza.