Jombang, Aktual.com — A’wan PBNU Mohammad Nuh berpendapat NU membutuhkan transformasi organisasi menuju 100 tahun NU (1926-2026) agar organisasi itu bisa mewarnai “wajah” dunia Islam.

“Muktamar ke-33 di Jombang pada 1-5 Agustus merupakan momentum kebangkitan NU setelah kelahiran pada 1926,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jawa Timur, Sabtu (1/8).

Mantan Mendikbud itu menegaskan bahwa kebangkitan kedua itu akan terjadi ketika NU berusia 100 tahun pada 2026, yang kondisinya berbarengan dengan kebangkitan Asia.

“Untuk menyiapkan kebangkitan kedua NU yang berjalan dengan baik, ada sejumlah hal yang perlu dipersiapkan dengan mengacu pada komitmen awal pendirian NU,” katanya.

Menurut mantan Rektor ITS Surabaya itu, pendirian NU diawali oleh pendirian tiga organisasi yang berkomitmen pada pemberdayaan masyarakat.

“Ketiganya adalah Nahdlotul-Wathon (1916), Taswirul Afkar dan Nahdlotul Tujjar (1918), karena itu NU perlu memperkuat pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat dalam tiga bidang utama, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” katanya.

Ketua Umum Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) itu mengimbau pemimpin NU harus berani melihat diri sendiri, apakah di tiga bidang itu sudah cukup punya produk dan kontribusi ikonik atau belum.

“Misalnya, apakah NU punya perguruan tinggi bermutu yang menjadi rujukan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Juga, misalnya, apakah jika masyarakat berobat, rumah sakit milik NU yang menjadi rujukan,” katanya.

Satu lagi, apakah ketika beraktivitas ekonomi, NU memiliki pusat perekonomian, bank, atau koperasi misalnya, yang kuat dan didatangi masyarakat. “Jika belum, maka kita perlu bekerja keras melakukan pembenahan,” katanya.

Salah seorang pendiri Universitas NU Surabaya (Unusa) itu mengatakan pembenahan itu juga penting, karena hal itu juga sejalan dengan perbaikan perekonomian Indonesia.

“Akan terjadi mobilitas vertikal masyarakat NU. Jika NU tak bisa mewadahi, maka mobilitas vertikal tersebut tak akan banyak bermanfaat bagi NU secara organisasi,” ucapnya.

Nuh berpendapat apabila pembenahan itu mampu mewadahi mobilitas masyarakat NU, maka NU akan lebih punya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan menjadi organisasi besar dunia dengan misi rahmatan lil alamin.

“Dengan demikian, NU akan lebih bisa mewarnai wajah Islam dunia, tapi untuk ke sana ada empat langkah strategi yang perlu dilaksanakan menuju 100 tahun NU,” katanya.

Pertama, menaikkan leverage NU secara nasional dan internasional. Kedua, melestarikan dan memperkuat sistem ahlussunah wal jamaah (aswaja) untuk membangun peradaban bangsa dan umat manusia.

Ketiga, meningkatkan kemanfaatan terutama dalam memenuhi kebutuhan fundamental: pendidikan, kesehatan dan perekonomian. Keempat, transformasi organisasi.

“Untuk transformasi organisasi itu juga perlu empat langkah yakni kita harus melakukan mobilisasi sumber daya NU, baik sumber daya manusia dan asetnya, yang tersebar untuk masuk ke rumah besar NU,” katanya.

Kedua, perlu dilakukan penguatan tata kelola, termasuk standar operasional-prosedur dan modernisasi infrastruktur. Ketiga, penguatan dan pemberdayaan majelis wakil cabang (MWC), cabang, wilayah, badan-lembaga otonom dan lajnah. Keempat, penguatan jejaring.

Artikel ini ditulis oleh: