Abubakar mengatakan, ada atau tidaknya temuan bahan formalin dan rhodenim, petugas BBPOM bekerja sama dengan Dinas Kesehatan melakukan penelitian atau “sampling test”.

Formalin atau boraks tersebut selama ini dijadikan pedagang untuk bahan campuran makanan, sehingga dapat lebih tahan lama. Selain itu, zat rhodenim atau pewarna dicampur dengan sari manis atau kepala gula, sehingga minuman tersebut terasa seperti gula asli.

Hal tersebut, banyak dilakukan para pedagang, karena akhir-akhir ini harga gula melambung tinggi, sehingga tidak sanggup dibeli wiraswasta itu. Sedangkan, bahan formalin agar makanan tetap kelihatan baru, dan dapat dijual lagi kepada masyarakat.

“Bahan makanan dan minuman yang menggunakan zat kiamiawi itu bisa menimbulkan penyakit kanker, mengganggu fungsi otak, merusak metabolisme tubuh, depresi dan penyakit lainnya yang dapat mempercepat proses kematian bagi manusia.”

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Wisnu