Amman, Aktual.com – Kerajaan Yordania menegaskan siap berperang terhadap Israel jika negeri zionis Israel dibantu Amerika Serikat bersikeras mengusir paksa rakyat Palestina dari Jalur Gaza secara paksa ke wilayahnya.

Dilansir dari Middle East Eye (MEE), peringatan perang itu muncul setelah pernyataan berulang-ulang dari Presiden AS Donald Trump bahwa ia ingin Yordania dan Mesir menerima warga Palestina sebagai bagian dari langkah untuk membersihkan Jalur Gaza.

Selama bertahun-tahun Yordania telah memberikan stabilitas di perbatasan timur Israel. Stabilitas ini akan lenyap dalam semalam jika perang Yordania vs Israel pecah. Selama ini, hubungan antara kedua negara itu tetap dingin. Pemerintah Yordania tidak merahasiakan kengeriannya yang meningkat atas serangan di Gaza dan gelombang kekejaman pemukim serta pembersihan etnis di Tepi Barat.

Tak lama setelah dimulai konflik di Gaza pada Oktober 2023, Raja Yordania Abdullah II menyatakan, ”Mengenai masalah pengungsi yang datang ke Yordania, itu adalah garis merah !”

Dalam pertemuan dengan pejabat Eropa di Brussels pada Rabu (5/2), Raja Abdullah II menegaskan kembali pendapat Yordania yang teguh tentang perlu menempatkan warga Palestina di tanah mereka dan memperoleh hak-hak mereka yang sah, sesuai dengan solusi dua negara. Sedangkan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi juga mengatakan bahwa setiap diskusi tentang tanah air alternatif bagi warga Palestina pasti ditolak.

Sumber-sumber anonim di Amman dan Yerusalem mengatakan kepada MEE bahwa hal terakhir yang diinginkan Yordania adalah perang, walau sangat ingin solusi damai. Tetapi mereka bersikeras bahwa orang -orang Yordania akan menutup perbatasan jika pengungsi mulai menyeberang ke negara itu. Yordania sebelumnya sudah mengirim batalyon tambahan ke perbatasan barat. Israel merespons dengan menciptakan divisi timur baru untuk menjaga perbatasannya dengan Yordania.

”Jika Israel berusaha untuk membukanya kembali, itu akan menjadi casus belli” ujar sumber tersebut. Casus belli merupakan sebuah tindakan yang menjustifikasi sebuah perperangan. Orang -orang Yordania sendiri memang tidak memiliki ilusi bisa memenangkan perang dengan Israel, tetapi Yordan tak punya pilihan selain bertarung.

Salah satu sumber mengatakan kepada MEE bahwa proposal Trump adalah masalah eksistensial baik untuk Yordania dan dinasti Hashemite. Selama ini Yordania masuk dalam kategori ”orang miskin” ketiga dalam hal air di dunia. Sebanyak 12 juta orang warga Yordania sebagian besar hidup di sebidang tanah di sepanjang perbatasan Israel, dekat dengan Sungai Jordan. ”Itu tidak akan dapat mengakomodasi aliran pengungsi yang signifikan,” kata mereka.

Untuk diketahui, perbatasan Israel dengan Yordania membentang sejauh 400 km, hampir seluruh negara dan 10 kali lebih lama dari batas Israel dengan Gaza. Sebagian besar daerah perbatasan bergunung -gunung, kasar dan hampir tidak mungkin untuk dijaga polisi. Geografi ini adalah prospek perang gerilya yang berlarut -larut. Hampir pasti, hal itu akan menarik para pejuang dari Suriah, Irak, Arab Saudi dan negara -negara Arab lainnya. Yordania memiliki perbatasan gurun terbuka di timur yang dapat mengundang ribuan pejuang dari seluruh dunia untuk datang.

Sebelumnya, pada Selasa (4/2) Presiden Donald Trump menegaskan, kalau pihaknya akan memindahkan warga Palestina secara permanen dari Jalur Gaza ke negara-negara tetangga. Ia menyebut daerah kantong tersebut sebagai lokasi pembongkaran. Selanjutnya AS akan mengambil alih Jalur Gaza setelah warga Palestina dipindahkan ke tempat lain. Hal itu disampaikan Trump pada konferensi pers bersama dengan PM Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung ke AS.

”AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan di sana. Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi itu. Jika diperlukan, kami akan melakukannya, kami akan mengambil alih bagian itu, kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan dan ribuan lapangan pekerjaan, dan itu akan menjadi sesuatu yang bisa membuat seluruh Timur Tengah bangga,” urai Trump seperti dilansir oleh Reuters.

Ketika ditanya siapa yang akan tinggal di sana, Trump mengatakan bahwa tempat itu bisa menjadi rumah bagi masyarakat dunia. Ia meramalkan tempat itu mungkin akan menjadi ”Riviera” di Timur Tengah. Riviera dalam bahasa Italia adalah garis pantai atau wilayah pesisir.

Dalam kesempatan itu, Trump mendesak Yordania, Mesir, dan negara Arab lainnya untuk menerima warga Gaza. Ia mengatakan bahwa warga Palestina di sana tidak punya pilihan lain selain meninggalkan jalur pantai tersebut, yang harus dibangun kembali setelah hampir 16 bulan perang yang menghancurkan antara Israel dan militan Hamas.

Trump tidak merinci tentang bagaimana proses pemukiman kembali dapat dilaksanakan. Namun usulannya menyulut keinginan kelompok sayap kanan Israel dan bertentangan dengan komitmen mantan Presiden Joe Biden terhadap pemindahan massal warga Palestina.

(Indra Bonaparte)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain