9. Tidak Mempertimbangkan Budaya Perusahaan
jika sebuah perusahaan mempekerjakan banyak orang sekaligus, budaya tempat kerja dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itu, sebagai seorang HR anda perlu melakukan beberapa persiapan, termasuk culture shock.
Misalnya, toptalent di perusahaan anda yang kemungkinan untuk meninggalkan perusahaan hanya dalam waktu singkat. Sebaiknya anda tidak terkejut dengan hal ini. Perubahan semacam ini lebih mungkin terjadi di perusahaan startup. Bahkan apabila perubahan besar terjadi, bukan hal yang mustahil bagi karyawan lain untuk bekerja di tempat lain yang lebih nyaman untuk bekerja dan berkarya.
10. Deskripsi Pekerjaan Tidak Jelas
Agar mendapatkan kandidat yang berkualitas, informasi tentang suatu lapangan pekerjaan sebaiknya dibuat sejelas mungkin. Tidak hanya judul dan posisi, Anda juga perlu mencantumkan tanggung jawab dari posisi tersebut.
Dengan begitu, baik perusahaan maupun kandidat akan memiliki pemahaman yang sama tentang rekrutmen. Namun Sayangnya, masih banyak perusahaan yang belum memberikan informasi yang lengkap dan mendetail tentang deskripsi pekerjaan. hal ini akan menyebabkan kebingungan pada kandidat bahkan setelah direkrut menjadi karyawan nantinya.
Oleh karena itu, ketika menulis deskripsi pekerjaan, setiap poin harus ditulis dengan jelas dan singkat.
11. Hanya Mengandalkan Wawancara
Wawancara adalah alat yang ampuh untuk menilai kualitas seseorang secara pribadi. Namun, ada beberapa orang yang pandai bekerja tetapi tidak pandai berbicara.
Pada akhirnya, terlalu banyak wawancara hanya akan membuang-buang waktu. Menurut Laszlo Block seorang pentolan Google. Apabila wawancara hanya Anda gunakan untuk mengkonfirmasi suatu kesan dari seorang kandidat, sebaiknya Anda tidak membuang waktu lebih banyak lagi.
Lagi pula, seseorang bisa melakukan apa saja, belum lagi menyatukan kata-kata, untuk mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan tes bakat sesuai bidang kegiatan.
Selain itu, work from ofice (WFH) ini akan membawa seseorang untuk lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Oleh karena itu, tes kemampuan bidang dan tes psikologi jauh lebih bermakna dari sekedar wawancara.
12. Menolak Kandidat Berkualifikasi Tinggi
Proses rekrutmen yang dilakukan di tengah pandemi memungkinkan Anda menemukan beberapa pelamar yang overqualified sebab siapa saja akan membutuhkan pekerjaan saat pandemi.
Namun Anda memilih untuk menolak kandidat overqualified karena takut kalau kandidat akan bosan dan merasa kurang tertantang dengan deskripsi pekerjaan dari perusahaan Anda. Ini adalah kesalahan yang cukup merugikan perusahaan nantinya.
Karena mungkin saja pelamar yang kualifikasinya melebihi kebutuhan dapat memberikan insight baru di perusahaan. Bahkan tidak menutup kemungkinan keterampilannya akan berimbas baik terhadap bisnis Anda, meskipun dapat dikatakan kandidat ini hanya akan bertahan sebentar.
Lagi pula jika anda terlalu khawatir, Anda bisa memikirkan bentuk reward yang mungkin bisa membuat karyawan tersebut tetap tinggal dan loyal terhadap perusahaan.
selanjutnya…
Artikel ini ditulis oleh:
Advertorial