Usir Freeport Dari Indonesia (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com – Polemik ‘Papa Minta Saham’ dianggap telah mengaburkan fakta lain yang jauh lebih penting. Yakni terkait kewajiban PT Freeport Indonesia (PTFI) yang belum dilaksanakan hingga saat ini.

Pendapat itu disampaikan Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Golkar, Eni Maulani Saragih, dalam diskusi bertajuk “Pansus/Angket Freeport dan Penguasaan Sumber Daya Alam oleh Asing”, di Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (20/12).

Diingatkan dia, masyarakat Indonesia jangan terjebak di euforia polemik ‘Papa Minta Saham’ yang akhirnya melengserkan Setya Novanto dari jabatan Ketua DPR RI.

“Kawan-kawan harus tahu ada esensi yang lebih jauh lagi menyangkut kewajiban PTFI yang harusnya dilaksanakan,” kata dia.

Eny meminta publik tidak melupakan kewajiban Freeport yang belum ditunaikan. Seperti, membangun pabrik pemurnian (Smelter) dan pelaksanaan divestasi saham ke pemerintah Indonesia. “Membangun smelter itu amanat UU Minerba,” kata dia.

Dibeberkan Eni, keterangan pemerintah terkait pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur, berbeda dengan realitas di lapangan.

Dimana pemerintah mengatakan proses pembangunan smelter di Gresik sudah 13 persen. Tapi, ujar Eni, saat dirinya menanyakan ke Bupati Gresik langsung apakah Freeport sudah mengurus izin, jawaban yang didapat mengagetkan.

“Dikatakan (Bupati Gresik) kalau Freeport belum urus sama sekali. Padahal Pemerintah bilang proses pembangunan sudah 13 persen. Saya tidak mau Pemerintah justru hanya jadi corongnya Freeport,” ucap dia.

Sedangkan terkait kewajiban divestasi, dia mendesak pemerintah untuk tegas dan bergerak cepat. Harusnya, kata Eni, divestasi paling lambat tahun 2015. Tapi diberi kelonggaran hingga Januari 2016.

“Sementara hingga hari ini pemerintah juga belum menunjuk BUMN mana yang mau menyerap divestasi,” kata dia.

Untuk menyikapi permasalahan tersebut, Eny mengaku turut mendukung pembentukan Pansus oleh DPR terkait Freeport. “Saya pribadi sudah menandatangani untuk pembentukan pansus. Pembentukan pansus ini jangan dilihat dari sisi negatifnya, tapi harus lebih dilihat sisi positifnya,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: