Jakarta, Aktual.com — Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, menuntaskan perbaikan sebanyak 1.000 unit rumah kumuh yang tersebar pada sejumlah kecamatan akhir Januari 2016.

“Saat ini pelaksanaannya sudah memasuki tahap 80 hingga 90 persen selesai,” kata Koordinator Fasilitator Perbaikan Rumah Kumuh Pemkab Tangerang Chamdani di Tangerang, Sabtu (26/12).

Ia mengatakan perbaikan rumah yang tersebar pada 10 kecamatan tersebut sempat mengalami kendala karena hujan yang turun sejak beberapa pekan terakhir ini.

Dia mengatakan rumah kumuh yang diperbaiki tersebut berada di Kecamatan Teluknaga sebanyak 148 unit, Sepatan Timur (115 unit), Pakuhaji (154), Kemiri (97), MekarBaru (112), Gunung Kaler dan Kronjo (125), Sukamulya (40), Tigaraksa (55) dan Jambe (29).

Namun untuk perbaikan di wilayah Pantai Utara seperti di Pakuhaji, Sepatan Timur dan Teluknaga telah memasuki tahap 90 persen akibat warga bersedia melakukan secara bergotong royong.

Sedangkan untuk wilayah selatan seperti di Jambe dan Tigaraksa mengalami keterlambatan akibat budaya setempat yang kurang peduli dengan penduduk sekitar.

Seperti contoh, bila rumah warga diperbaiki, maka harus ada penduduk lain yang bersedia menampung untuk sementara.

“Kalau di Pantai Utara, warga masih kental dengan budaya gotong royong dan peduli dengan tetangga, tapi berbeda dengan penduduk di Wilayah Selatan,” katanya.

Dia menambahkan program perbaikan rumah itu merupakan Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Kumuh dan Miskin (Gebrak Pakumis) dengan melibatkan penduduk sekitarnya secara bergotong royong.

Perbaikan kampung kumuh dan lingkungan termasuk rumah penduduk yang layak huni merupakan salah satu dari 25 program unggulan Pemkab Tangerang.

Program tersebut melibatkan warga setempat dan pemilik rumah yang dibiayai dari dana APBD Pemkab Tangerang sejak tahun 2014.

Semula rumah penduduk tersebut menggunakan dinding dari anyaman bambu (gedek) yang sudah lapuk, termasuk lantai tanah dan tidak memiliki ventilasi udara.

Dalam rumah udara pengap, termasuk dapur yang hanya lantai tanah, ketika hujan bocor karena atap bolong akibat genteng hilang dan sebagian retak.

Bahkan pemilik rumah tidak mempunyai WC dan bila mereka buang hajat terpaksa harus ke sungai terdekat atau ke kebun penduduk.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka