Jakarta, Aktual.co — Jumlah terumbu karang yang hidup di perairan Teluk Ambon bagian dalam mulai punah, dan hanya tersisa di satu lokasi, yakni Desa Halong, Kecamatan Baguala, dengan kondisi mengkhawatirkan.
“Hasil monitoring terumbu karang dari Maret hingga April 2015, di Teluk Ambon bagian dalam tidak ada terumbu karang yang hidup secara alami, yang tersisa hanya di Halong, itu pun tutupan karangnya tinggal sedikit,” kata Peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam (PPLD) LIPI Ambon Hanung Mulyadi, di Ambon, Sabtu (25/4).
Hanung, ketua tim monitoring Teluk Ambon menilai kondisi terumbu karang di Desa Halong sudah tergolong tidak bagus. Karena persentase kondisi tutupan karang di bawah 60 persen, hanya tersisa sedikit yang tumbuh secara alami.
“Persentase tutupan karangnya sudah tergolong tidak bagus, karena tinggal sedikit yang alami, kecuali yang kegiatan transplantasi karang, artifisial, upaya menumbuhkan kembali terumbu karang,” katanya.
Semakin sedikit terumbu karang yang hidup di perairan Teluk Ambon bagian dalam, menurut dia, akibat banyak sampah plastik yang melayang dan menutupi karang, ditambah tingginya turbiditas atau kekeruhan air akibat butiran tanah dari daratan yang terbawa ke laut saat musim hujan.
Nilai kekeruhan Teluk Ambon bagian dalam lebih tinggi dibandingkan bagian luar, hal itu pula yang menjelaskan mengapa jumlah terumbu karang di dua wilayah itu jauh berbeda. Karena, ketika turbiditas air meninggi, tidak hanya terumbu karang yang terganggu tapi juga lamun.
“Nilai indikatornya adalah turbiditas air, ketika lahan di bagian atas dialih fungsikan menjadi lahan pertanian atau pemukiman, saat curah hujan tinggi butiran tanah akan masuk ke muara sungai hingga ke teluk, ketika kekeruhannya tinggi sinar matahari tidak bisa masuk sampai ke dasar perairan, lama-kelamaan butiran tanah itu mengendap ke daun-daun lamun maupun terumbu karang, sehingga menyebabkan kematian,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:

















