Jakarta, Aktual.com —  Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat tiga poin menjadi Rp13.987 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.990 per dolar AS. Nilai tukar rupiah bergerak menguat setelah mengalami fluktuasi di tengah antisipasi kenaikan suku bunga the Fed pada September tahun ini.

“Sentimen dari dalam negeri melalui kebijakan pemerintah yang akan fokus untuk menggerakan sektor riil cukup mampu mengimbangi sentimen eksternal,” ujar Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat (28/8).

Ia menambahkan adanya pernyataan dari Presiden RI Joko Widodo bahwa pemerintah sudah menyiapkan kebijakan-kebjiakan untuk menghadapi dolar AS diharapkan segera dilaksanakan. Jadi, tidak hanya sekedar wacana di pasar saja.

Kendati demikian, lanjut dia, nilai tukar rupiah masih berpotensi tertekan jika data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal kedua dan data tenaga kerjanya menunjukan hasil positif, data itu akan mendorong the Fed menaikan suku bunganya pada September nanti.

“Sejauh ini, sebagian investor masih meyakini the Fed akan menaikan suku bunga pada September, maka itu penguatan rupiah masih cenderung terbatas,” kata Rully Nova.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa jika rilis data PDB Amerika Serikat memperkuat maka peluang kenaikan suku bunga acuan the Fed pada bulan September tahun ini akan terbuka lebar.

“Para pejabat the Fed juga sedang membahas isu inflasi AS yang masih rendah. Penguatan dolar AS bisa semakin tinggi bila data inflasi tidak jauh dari estimasi pasar,” katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (28/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.011 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.128 per dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka