Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 23 poin menjadi Rp14.356 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp14.333 per dolar AS.

Analis menilai minimnya sentimen positif dari dalam negeri ditambah kekhawatiran pasar terhadap pelambatan ekonomi Tiongkok dan pertumbuhan global serta kebijakan the Fed yang belum pasti kembali menekan nilai tukar rupiah.

“Pekan ini seluruh pandangan akan tertuju pada sidang the Fed, hingga saat ini peluang kenaikan suku bunga AS masih menjadi perdebatan. Diharapkan rapat the Fed menghasilkan pandangan baru sehingga tidak membuat pasar kembali bergejolak,” ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa (15/9).

Dari dalam negeri, menurut dia, sentimennya cenderung netral, pelaku pasar saat ini sedang menanti kinerja pemerintah dalam hal percepatan penyerapan anggaran belanja modal dalam rangka mendorong pembangunan infrastruktur.

“Jika penyerapan anggaran maksimal maka secara fundamental ekonomi Indonesia akan membaik, situasi itu yang nantinya akan menopang mata uang rupiah terhadap dolar AS,” katanya.

Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo menambahkan bahwa suku bunga The Fed saat ini di level 0,25 persen, jika hasil keputusan rapat the Fed menaikan suku bunga maka potensi nilai tukar rupiah kembali melemah cukup terbuka.

“The Fed menaikan suku bunga maka rupiah bisa ke level Rp15.000 per dolar AS dalam waktu dua atau tiga bulan ke depan, setelah itu nilai tukar rupiah dapat kembali normal cenderung menguat namun dengan catatan harus diiringi juga dengan kebijakan Bank Indonesia salah satunya menurunkan BI rate,” katanya.

Menurut dia, dengan menurunkan BI rate dapat mendorong daya beli masyarakat. Suku bunga yang rendah dipercaya akan mendorong kredit perbankan dan konsumsi akan meningkat.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka