Jakarta, Aktual.com – ‘Prestasi’ kembali ditorehkan DKi di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Serapan anggaran DKI di tahun 2015 masuk di urutan paling buncit, alias yang paling rendah se-Indonesia.
Yang ‘membanggakan’, serapan anggaran DKI rendahnya tak beda jauh dengan capaian provinsi pemekaran di Kalimantan Utara.
Provinsi Kaltara menempati posisi ketiga terendah di Semester I 2015, dengan serapan hanya 18,01 persen. Dari APBD tahun 2015 sebesar Rp2,025 triliun, penyerapan hanya Rp 364,67 miliar.
Sedangkan DKI, dari total APBD 2015 Rp63 triliun, yang terserap hanya 19,39 persen atau sekitar Rp12 triliun sekian.
Kondisi ini pun dapat sorotan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA). “Memalukan DKI kualitas pengelolaan anggaran sama dengan daerah baru pemekaran Kalimantan Utara,” ujar ketua komisi advokasi FITRA Apung Widadi, di Jakarta, Minggu (29/11).
Yang membuat Apung kesal, rendahnya serapan anggaran banyak dihabiskan untuk belanja pegawai DKI saja. Sedangkan untuk kesehatan dan pendidikan malah justru rendah. “Kita capek-capek bayar pajak tapi habis di belanja pegawai,” ujar dia.
Lambannya pengesahan anggaran dituding FITRA jadi salah satu penyebabnya.
Namun, Agustus lalu, Ahok sendiri malah terkesan bangga dengan rendahnya serapan anggaran DKI. Bagaimana tidak, dia justru menduga rendahnya serapan anggaran DKI akibat tidak adanya lagi celah untuk pejabat ‘nakal’ main anggaran.
“Takut nyolongnya bagaimana. Karena gubernurnya bukan senang duit tapi senang ribut,” kata Ahok dengan bangga.
Seperti tak mau disalahkan, dia malah balik menuding rendahnya serapan anggaran disebabkan oleh adanya ‘permainan politik’ untuk jatuhkan posisinya dari kursi Gubernur DKI. “Ini permainan politik. Kapan nih gubernur brengsek ini keluar dari Jakarta supaya bisa berpesta pora lagi,” tuding dia.
Artikel ini ditulis oleh: