Jakarta, Aktual.com — Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia harus mengubah pendekatan ke Tiongkok dengan tidak lagi melakukan ekspor komoditas, namun ekspor barang jadi atau konsumsi agar perekonomian tidak lagi mengalami kelesuan. (Menkeu: Soal Investasi, China Banyak Bohongnya!)
“Kita harus mengubah strategi ekspor ke China, dari ekspor komoditas, ke ekspor barang jadi atau konsumsi,” kata Menkeu dalam seminar di Jakarta, Rabu (27/1).
Menkeu menjelaskan strategi itu harus diupayakan karena saat ini Tiongkok yang sedang mengalami perlambatan telah mengubah pendekatan ekonomi dari yang berbasis investasi menjadi berbasis konsumsi.
Perubahan pendekatan yang tidak lagi mengandalkan sektor investasi itu, kata dia, dilakukan karena Tiongkok telah memiliki banyak sarana infrastruktur yang memadai seperti jalan tol dan pembangkit listrik.
Namun, pendekatan ekonomi yang berubah telah menyebabkan berkurangnya permintaan komoditas dari Tiongkok, dan memengaruhi ekspor dari negara penghasil sumber daya alam seperti Indonesia.
“Ekspor kita malah menurun, bahkan sepanjang 2015 tercatat negatif karena berkurangnya permintaan dari China dan turunnya harga komoditas global. Untuk itu, kita perlu mengubah strategi ekspor,” ujar Menkeu.
Menkeu mengatakan Indonesia bisa belajar dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang selama ini melakukan ekspor barang jadi dan konsumsi ke Tiongkok, sehingga ekspornya justru meningkat dalam situasi perlambatan seperti sekarang.
“Mereka bukan negara penghasil sumber daya alam seperti kita, jadi ketika China melambat dan mengubah dari investasi ke konsumsi, ekspor negara-negara itu meningkat. Ini ironis, padahal China melambat. Mereka sudah berada ‘on the right track’,” katanya.
Menkeu menambahkan menjaga hubungan ekonomi dengan Tiongkok dan mengubah strategi ekspor sangat penting bagi Indonesia, karena Tiongkok saat ini merupakan salah satu negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di di dunia.
“Tiongkok saat ini mempunyai PDB terbesar kedua di dunia, dan Indonesia berpotensi masuk sepuluh besar ekonomi dunia. Makanya kalau hubungan Indonesia-China makin kuat, dampaknya tidak hanya untuk kedua negara tapi juga secara global,” jelas mantan Dekan FE UI ini.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan