Yogyakarta, Aktual.com – Memasuki hari ke-11 penyelenggaran Festival Kesenian Yogyakarta ke-28, para penyair muda Indonesia berkesempatan mengasah kemampuannya dalam Workshop Sastra yang digelar Sabtu (3/9) malam ini di Taman Kuliner Condongcatur, Sleman.
“Harapannya semoga workshop ini melahirkan penyair-penyair baru di masa depan,” kata Gunawan Maryanto, Koordinator Sastra FKY 28.
Dijelaskan, para peserta yang diikuti penyair berusia 18 sampai 28 tahun ini berkesempatan belajar menulis puisi yang dimentori dirinya bersama Joko Pinurbo, sastrawan peraih Khatulistiwa Literary Awards. Output pelatihan kemudian akan didokumentasikan dan disebarluaskan ke masyarakat sebagai bentuk apresiasi.
“Jadi selain apresiasi, selalu juga ingin ada produk pengetahuan dari Sastra FKY,” ujar Gunawan yang juga penulis sekaligus sutradara teater Garasi ini.
Dalam rangkaian acara ada pula pembacaan karya-karya sastra bertajuk “Mati Hari, Bukan Kawanku!” yang digelar 2 hingga 4 September 2016 mulai pukul 7 malam. Beberapa karya yang dibacakan seperti sastra klasik Jawa/Indonesia di masa lalu hingga sastra Indonesia modern saat ini.
Babad Diponegoro, Serat Tripama, Serat Wulangreh, karya-karya Umar Kayam, Y.B. Mangunwijaya, Emha Aninun Nadjib, Eka Kurniawan dan Ugoran Prasad, adalah beberapa karya sastra yang rencananya bakal dibawakan.
Terhitung ada 15 aktor dari Forum Aktor Yogyakarta yang terlibat dalam pembacaan sastra di kegiatan ini serta seorang sinden yang menembangkan pupuh-pupuh dari karya-karya sastra Jawa klasik.
Format pembacaan sastra yang lebih intim karena dilakukan dalam bilik-bilik yang berisi 6 sampai 8 orang dianggap sebagai eksperimen atau suatu terobosan dari cara baca sastra yang ada selama ini, yang bersifat auditorium, massal dan didengarkan banyak orang.
“Saya ingin memunculkan sifat sastra yang lain selain yang bersifat publik, tapi juga bersifat personal/privat. Ini semacam pencarian ‘cara baca hari ini’ terhadap karya sastra,” kata Gunawan.
Nelson Nafis
Artikel ini ditulis oleh:
Nelson Nafis
Arbie Marwan