Donald Trump kritik pengujian mesin roket terbaru yang dilakukan Korea Utara. (ilustrasi/aktual.com)

Ketika Presiden AS Donald Trump semakin berhasrat untuk melakukan langkah-langkah yang semakin agresif di Semenanjung Korea, Presiden Korut Kim-Jong-un malah semakin memberi alasan pembenaran bagi AS untuk menggulirkan isu adanya ancaman senjata nuklir dari Korut.

Kantor berita KCNA Selasa kemarin mewartakan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyaksikan langsung uji peluru kendali dengan ketepatan tinggi dan memerintahkan pengembangan persenjataan strategis lebih besar.Bukan itu saja. Kim Jong un juga sesumbar bahwa peluncuran peluru kendali itu menjadi kemajuan besar bagi semangat mengirim ‘hadiah’ lebih besar bagi Amerika Serikat. Demikian KCNA mengutip pernyataan Kim.

Entah siapa yang memanas-manasi Kim Jong un sehingga begitu beraninya menantang AS, namun yang seringkali diabaikan oleh para pengamat internasional adalah, bahwa dalam beberapa bulan belakangan ini, Presiden AS Donald Trump dengan sengaja membesar-besarkan ancaman senjata nuklir dan serangkaian uji coba rudal jarak menengah Korea Utara (Korut) meskipun dalam tiga kali uji coba selalu gagal. Sehingga ketika Presiden Jong un semakln menantang dengan sesumbar telah memiliki peluru kendali bermuatan nuklir, sejatinya Korut justru sudah masuk perangpak permainan opini publik yang digulirkan Washington.

Buktinya, begitu Presiden Jong un menyatakan akan menyaksikan uji coba peluru kendali dan arahan untuk pengembangan persenjataan nuklir yang lebih besar, Amerika Serikat pada hari sama menggelar pelatihan militer bersama Korea Selatan.

Dengan memanfaatkan sesumbar Kim Jong un, AS nampaknya malah semakin dapat alasan dan dalih untuk meningkatkan eskalasi militernya di Semenanjung Korea, dan Korea Selatan pada khususnya. Seraya mencari alasan pembenaran (justifikasi) agar AS bisa menempatkan dan menyebarkan Sistem Pertahanan Anti-Rudal atau yang kita kenal dengan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan.

Sejak April lalu THAAD yang merupakan perangkat pertahanan anti-rudal milik AS ini sudah dioperasionalisasikan dan dipasang di sebuah lapangan golf Seongju, Korea Selatan. Yang menjadi dalih AS untuk memasang THAAD di Korsel adalah untuk melindungi Korsel dengan lebih baik dari ancaman serangan rudal jarak menengah dan senjata nuklir Korut  yang belakangan ini semakin meningkat.

Padahal, sasarans sesungguhnya dengan dipasangnya THAAD adalah untuk menghadapi kekuatan angkatan bersenjata Cina. Menurut kajian Global Future Institute, THAAD sebenarnya sama sekali tidak diperlukan jika semata-mata untuk menangkal ancaman serangan militer Korut. Sebab, dengan gagalnya tiga kali uji coba rudal jarak menengah yang dilaporkan bisa membawa senjata nuklir, sebenarnya kemampuan persenjataan nuklir Korut tidak berbahaya sama sekali. Bahkan kalau mau lebih tegas, kekuatan persenjataan nuklir sama sekali tidak sebesar yang digembar-gemborkan pihak AS.

Selain dari itu, kalaupun Korut memang pada perkembangannya nanti akan menyerang Korea Selatan atau Jepang, Korut cukup menggunakanb senjata-senjata jenis arteleri dan meriam. Dengan kata lain, dalih AS untuk menempatkan THAAD di Korsel untuk menghadapi serangan nuklir Korut, sama sekali tidak beralasan.

Yang lebih masuk akal, penempatan dan penyebaran THAAD di Korsel adalah untuk menghadapi semakin menguatnya kekuatan angkatan bersenjata Cina di kawasan Asia Pasifik, terutama Semenanjung Korea.
Maka dalam konteks demikian, penempatan THAAD di Korsel, bukan saja akan membahayakan Korut, melainkan juga Cina. Ketika Cina semakin yakin bahwa keberadaan THAAD sesungguhnya ditujukan kepada negaranya, maka bisa dipastikan Cina pun akan membalas dengan mengoperasionalisasikan rudal-rudal canggihnya. Sehingga pada perkembangannya, akan semakin meningkatkan eskalasi konflik militer di Semenanjung Korea.
Hendrajit