Jakarta, aktual.com – Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani menilai putusan vonis bebas atas Fatia Maulidiyanti – Haris Azhar oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur, merupakan angin segar bagi penghormatan dan pelindungan hak kebebasan berpendapat dan berekspresi.
“Vonis bebas di awal tahun politik 2024 ini merupakan angin segar bagi penghormatan dan pelindungan hak kebebasan berpendapat dan berekspresi, termasuk menyampaikan kritik, baik secara lisan maupun tertulis, sebagaimana dijamin Konstitusi RI, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik,” katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (10/1).
Menurut Andy Yentriyani, kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan indikator penting bagi tegaknya demokrasi yang substansial.
Dia mengatakan kritik terhadap eksekutif pada semua jenjang pemerintahan merupakan wujud dari partisipasi publik berupa pengawasan atas jalannya kekuasaan.
Komnas Perempuan mencatat pembela HAM, termasuk perempuan, rentan dikriminalisasi karena pendapat atau kritik yang disampaikan di ruang publik atas tuduhan pencemaran nama baik.
Andy Yentriyani menambahkan perempuan pembela HAM yang bergiat di isu sumber daya alam, termasuk pertambangan, tercatat sebagai aktivis yang banyak mengalami kriminalisasi.
Hal ini selaras dengan Data Global Witness, kata dia, yang mencatat pembunuhan terhadap penggiat sumber daya alam secara global mencapai 1.733 aktivis pada rentang 2012 – 2021, umumnya terkait masalah pertambangan dan industri ekstraktif.
“Dalam catatan Komnas Perempuan, perempuan pembela HAM juga memiliki kerentanan khusus karena gendernya, berupa kekerasan atau pelecehan seksual,” kata Andy Yentriyani.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain