“Betapa berbedanya pandangan sebagian kalangan terpelajar dengan mayoritas pemilih di pilpres 2024. Kalangan terpelajar di media, juga civil society, guru besar kampus mengeritik Jokowi, Gibran dan Prabowo keras sekali, mulai bulan November 2023- Febuari 2024.

Yang terjadi Prabowo- Gibran justru tambah populer dan akhirnya menang satu putaran saja.

Aneka paradoks ini termasuk yang dibahas dalam buku Denny JA, berjudul: “Dengan Science, Memenangkan Pilpres 2024, Transkripsi 100 Video Ekspresi Data Denny JA.” Buku itu 1 Juli 2024 resmi diluncurkan.

Berbagai paradoks lainnya juga dianalisis di buku itu. Bulan Agustus 2023, LSI Denny JA mengumumkan lewat publikasi persnya. Prabowo, jika berpasangan dengan Gibran, akan mengalahkan Ganjar dengan pasangannya dan Anies dengan pasangannya.

Inilah survei pertama, dengan riset dan data mengumumkan Prabowo mungkin menang jika berpasangan dengan Gibran.

Seketika, publikasi LSI Denny JA ini membingungkan banyak orang. Bagaimana mungkin Gibran bisa membantu Prabowo menang dalam pilpres? Apalagi saat itu, di bulan Agustus 2023, masih ada undang-undang yang melarang capres dan cawapres untuk maju jika belum berusia 40 tahun.

Saat itu, Gibran belum berusia 40 tahun. Secara undang-undang mustahil Gibran bisa dicalonkan sebagai calon wakil presiden. Dicalonkan saja mustahil, apalagi diprediksi menang?

Lalu di bulan November 2023, Mahkamah Konstitusi membolehkan mereka yang belum berusia 40 tahun untuk maju sebagai capres atau cawapres, sejauh pernah menjadi kepala daerah. Akhirnya, Gibran pun memenuhi syarat untuk diajukan sebagai calon wakil presiden.

Seketika, serangan publik keras sekali kepada Gibran. Common sense saat itu merasa suara pasangan Prabowo-Gibran, akan turun drastis. Bukankah kritik atas mereka dahsyat sekali, bertubi- tubi.

Namun, LSI Denny JA justru mengumumkan sebaliknya. Prabowo setelah dipasangkan secara resmi dengan Gibran justru melompat tinggi sekali, meninggalkan Ganjar Pranowo jauh sekali.

Sebelum itu, antara Ganjar dan Prabowo, elektabilitas mereka saling mengalahkan. Tapi ketika Gibran dikritik luas, Denny JA justru mengumumkan pasangan Gibran dengan Prabowo justru melesat, meninggalkan pasangan Ganjar dengan Mahfud di atas 10%.

Bukankah ini di mata sebagian kalangan terpelajar saat itu aneh bin ajaib? Denny JA keras sekali dihantam aneka medsos dengan tuduhan pembohongan publik.

Tapi sebagian yang juga tak percaya publikasi Denny JA itu melihat jejaknya yang akurat untuk empat pemilihan pilpres sebelumnya, dari pilpres 2004-2019.

Bulan Desember 2024, kritik kepada Jokowi, dan Gibran mengeras di kampus. Denny JA malah mengumumkan kemungkinan Prabowo- Gibran menang satu putaran saja.

Lalu datanglah era pemilihan tanggal 14 Februari 2024. Jam 11.30 siang, TPS belum ditutup, para pemilih masih mencoblos terutama di wilayah Indonesia bagian Barat.

Tapi jam 11.30 itu juga, Denny JA mengumumkan di aneka medsosnya, dan juga sebagian dimuat di media online. Denny JA menulis puisi soal dua burung melintas di langit, dan mereka melintas satu putaran saja.

Beberapa media online memberitakan Denny JA sudah memberi kode kemenangan Prabowo-Gibran satu putaran saja.

Denny JA tak menyebut secara langsung Prabowo- Gibran menang satu putaran karena Mahkamah Konstitusi melarang pengumuman hasil pilpres sebelum jam 15.00.

Sekitar pukul tiga sore, tanggal 14 Februari 2024, Denny JA resmi mengumumkan kemenangan Prabowo-Gibran. Dan angkanya disebutkan pula di sana, kemenangannya itu sekitar 58 persen.

KPU kemudian mengumumkan hasil secara resmi 5 minggu setelah quick count, 5 minggu setelah hari pemilihan pilpres, 5 minggu setelah tanggal 14 Februari 2024.

Ternyata selisih antara hasil KPU dengan quick count LSI Denny JA itu hanya 0,07 persen saja. Jauh lebih kecil, dan selisih paling kecil, dibandingkan quick count yang dibuat oleh aneka lembaga lain.

Ternyata data-data Denny JA katakan sebelumnya itu, yang sempat sangat diragukan, bahkan dituduh pembohongan publik, terbukti benar, sesuai dengan hasil KPU.

Denny JA, yang banyak dikecam sebelumnya, bahkan mendapatkan dua penghargaan. Pertama dari LEPRID: The Legend Award kepada Denny JA. Ia ikut memenangkan pilpres 5 kali berturut-turut sejak pertama kali pilpres langsung di tahun 2004, 2009, 2014, 2019 dan 2025.

Tak lama kemudian, MURI juga, melalui pendiri Jaya Suprana, menganugrahkan Denny JA, satu rekor Muri sebagai konsultan politik pertama yang memenangkan 5 kali pilpres berturut-turut di dunia.

Denny JA pun mengatakan mustahil ia bisa memberikan data yang sangat akurat 5 minggu sebelum hasil KPU. Mustahil pula, ia bisa ikut memenangkan 5 kali pilpres berturut-turut.

Itu semua mustahil ia bisa kerjakan tanpa kekuatan sains yang ia gunakan. Ada ilmu pengetahuan yang sudah teruji berkali- kali dibalik pemilu presiden.

Denny menegaskan hadir sains di balik semua prediksinya, di balik semua konsultasi politiknya, sejak ia berkiprah di pilpres 2004, dua puluh tahun lalu.

Itu pula yang kemudian menjadi judul buku baru yang ia terbitkan: “Sains di Balik Kemenangan Pilpres 2024: Transkripsi 100 Video Ekspresi Data Denny JA.”

Ketika pilpres berlangsung, sejak bulan Mei 2023 hingga Maret 2024, selama 10 bulan, hampir setiap hari Denny JA membuat video Ekspresi Data.

Dalam video itu, ia mereview, ia memberikan satu analisis dan juga prediksi mengenai aneka peristiwa pilpres 2024. Acapkali data dan analisis yang ia paparkan berbeda dengan common sense sebagian kaum terpelajar.

Serial video itu diberi nama Ekspresi Data. Denny JA membuat opini yang berdasarkan data riset LSI Denny JA. Dipilih 100 saja dari aneka video Ekspresi Data itu untuk dibukukan.

Ujar Denny, buku ini tak hanya dokumentasi kondisi pilpres 2024, dari Mei 2023 hingga Maret 2024. Ia juga sebuah pembelajaran betapa kesadaran kalangan terpelajar bisa berbeda dengan mayoritas wong cilik.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano