Jakarta, Aktual.com — Politikus PDIP Effendi Simbolon menilai kisruh perpanjangan PT Freeport adalah dampak dari konspirasi beberapa pihak berkepentingan yang kemudian memerankan Menteri ESDM Sudirman Said sebagai tokoh utama pertarungan elite nasional.

“Kalau diikutin alur satu tahun proses di ESDM ini luar biasa, melacurkan diri mereka. Menjadi antek-antek komprador begitu. Masak kita jadi antek asing sih,” ujar Effendi di Jakarta, Sabtu (21/11).

Contoh kecil, pada Surat tanggal 7 Oktober tentang balasan permohonan perpanjangan kontrak PTFI dari Kementrian ESDM yang begitu singkat direspon.

“Misalnya sekarang tanggal 21 jam 11.30, masak jam 12.00 udah jawab. How come? Surat mengenai hal ikhwal yang punya tambang, ini konspirasi. Masa dibuat surat jawabnya langsung. Itu kan sudah bukti prmulaan niat konspirasi, berkolusi,” terangnya.

Kemudian, lanjut Effendi, skenario pengalihan polemik PT Freeport menyeret nama Ketua DPR Setya Novanto. Dimana, pada prinsipnya Freeport berkewajiban dan menuangkan di surat satu bulan harus melepas divestasi.

“Sekarang sinetron. Datanglah SS ke MKD. Ini pengalihan, lepas dari Setnov ketemu Maroef. Tapi ada yang kita tunggu, divestasi sahamnya. Meskipun kita dialihkan dengan cara infotainment. Memang sih aktornya pantes di blow up,” katanya.

Menurutnya, dalam perpanjangan kontrak, pemerintah harus tegas dalam perizinan. Effendi berharap jangan menjadi polemik bagi kepentingan tertentu.

“Sebetulnya perpanjangan kondisi ABCD cukup, jangan mau mau, nggak nggak. Perlu ketegasan. Kontrak karya persetujuan DPR mutlak. Kalau izin ranah eksekutif sepenuhnya. Maka harus clear semuanya izin. Tahun ini mungkin tapi pointnya jangan negosiasi. Ini oknumnya aja dibagi dua. Yang kacau ini pemerintah,” tegasnya.

Efendi pun menjelaskan dua kelompok oknum dimaksud. Formula 1, kata dia, itu kelompok yang memang stay kepada konstitusi dan aturan perundang-undangan. Formula 2, menafsirkan divestasi melalui bursa saham.

“Nanti ketahuan tuh siapa yang kepengen pada IPO itulah kelompok formula 2. Kalau Formula 1-nya pasti ingin merah putih, bahwa harus bangun smelter, bahwa harus divestasi, dan harus dibeli oleh Indonesia. Jangan bilang nggak ada uang,”

“Kalau bilang nggak ada uang gimana ? Orang udah bela kepentingan asing masa bilang nggak ada uang. Harus ada, nggak mahal kok 2 miliar dollar per 10% saham. Sehingga 51 % kita berdaulat sebagai pengendali korporasi itu,” jelasnya.

Effendi menyarankan agar membangun smelter supaya uraian konsentratnya di Indonesia.

“Kita ngga mau diakal-akalin. Ini kalau diaudit, Freeport ini pasti jadi masalah dunia,” ucap Effendi.

Anggota Komisi I DPR ini menilai ada kepentingan lain dibelakang Sudirman Said yang mengalihkan perhatian publik dengan menyeret kasus rekaman minta saham ke DPR, demi menyelamatkan kepentingannya di PT Freeport.

“Saya nggak liat tujuannya tapi ini ada menggeser mengalihkan perhatian publik karena kan yang mereka ingin selamatkan kan kepentingan Freeport-nya. Karena kan mereka udah insist kalau ini bakal gol dan diperpanjang dengan persyaratan-persyaratan. SS berfikiran harus melalui IPO tentu kan ada kepentingan lain di belakangnya yang dompleng itu.”

Artikel ini ditulis oleh: