Pemilu 2019 pasca putusan mahkamah konstitusi (MK) bahwa harus dilakukan serentak yakni pemilihan legislatif dan presiden suka tidak suka memberikan pengaruh konstelasi politik nasional.
Terlebih, diperparah dengan sikap partai politik yang cenderung mengedepankan sikap instan dalam memilih para kadernya untuk bertarung di ajang perpolitikan daerah maupun nasional.
Direktur Eksekutif Renaissance political research and studies (RePORT) Khikmawanto menilai bahwa kualitas elit politik setiap periode Pemilu kian mengalami penurunan, yang tidak terlepas dari mesin penggeraknya yakni partai politik.
 
“Parpol seakan lupa fungsi- fungsi Parpol yang selama ini melekat didirinya. Salah satunya pendidikan politik, apa yang sudah di lakukan Parpol terhadap kadernya?,” kata Khikmawanto saat dihubungi aktual.com, di Jakarta, Jumat (16/11).
Ia mengatakan, ada dugaan kecenderungan Parpol hari ini hanya melihat sesuatu dengan instan dan pragmatis dalam mendulang suara, siapa tokoh maupun publik figur yang di nilai punya massa akan di tarik menjadi kader.
“Parahnya lagi kader baru ini yang belum pernah mengenyam pendidikan politik di ajukan sebagai anggota legislatif. Jadi, kalau saya bilang salah satu pembantaian masal terhadap sikap politik rakyat menjadi apatis bahkan apolitik adalah partai politik itu sendiri,” pungkasnya.
Isu Receh-an

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Novrizal Sikumbang