Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubenur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (17/11). Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan Suku Bunga Bank Indonesia sebesar 7,50 persen. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) mengingatkan agar Indonesia mewaspadai dampak buruk kecenderungan pelemahan mata uang Tiongkok terhadap kondisi perekonomian Tanah Air.

“Yang harus diantisipasi dari kondisi Tiongkok adalah terkait yuan yang mungkin bisa terus terdepresiasi,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (28/1).

Ia menyebutkan kondisi itu bisa berdampak buruk kepada sektor perdagangan, sektor finansial dan kepercayaan kepada Indonesia. Harga berbagai komoditas yang sekarang terus turun merupakan dampak dari melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

“Itu juga berdampak kepada capital flow yang masuk ke negara-negara lain di dunia, kondisi finansial juga bisa kena karena depresiasi yuan berdampak kepada depresiasi mata uang negara-negara berkembang lainnya,” katanya.

Menurut Agus, hal lain yang harus diantisipasi dari kondisi Tiongkok adalah perlambatan ekonomi Tiongkok itu sendiri. “Ada perlambatan, karena di bidang manufaktur ada perlambatan,” katanya.

Sementara itu mengenai perkembangan harga minyak dunia, Agus Martowardojo mengatakan masih ada ketidakpastian harga minyak dunia.

“Harga belum tentu akan meningkat dalam waktu dekat, terutama karena stok minyak yang ada di AS yang banyak dan rencana Iran yang akan mengekspor paling tidak 500 ribu barel per day,” katanya.

Ia menyebutkan sidang OPEC terakhir juga tidak menyetujui penurunan produksi minyak. “Jadi kita melihat harga minyak masih akan tertekan,” kata mantan Menteri Keuangan itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka