Pembeli berbelanja daging sapi di Pasar Tradisional Peunayong, Banda Aceh, Senin (23/5). Menjelang tradisi meugang atau hari memotong ternak Ramadan di Aceh, harga daging sapi di daerah itu mulai naik dari Rp120.000 per kg menjadi Rp130.000 per kg. ANTARA FOTO/Ampelsa/16

Jakarta, Aktual.com – Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengecam habis keinginan Presiden Joko Widodo untuk menekan harga daging sapi menjadi Rp80 ribu per kg.

Pasalnya, dari mulai harga daging sapi hidup hingga sampai ke tangan pedagang tidak mampu ditekan hingga harganya Rp80 ribu per kg tersebut.

“Tidak ada logikanya. Karena begitu daging itu dikirim dari RPH (Rumah Potong Hewan) sampai ke tangan kami harganya sudah mencapai Rp109 ribu,” tegas Sekjen APPSI, Ngadiran saat diskusi di kantor Core Indonesia, Jakarta, Selasa (14/6).

Menurut Ngadiran, terlalu banyak faktor yang memengaruhi harga daging sapi itu, sehingga bisa mahal. Antara lain, kata dia, untuk harga daging sapi hidup saja dihargai Rp 45 ribu per kg. Setelah dipotong di RPH dan dikurangi kerkas (jeroan), harga daging bisa melonjak dua kali lipat.

Sehingga, kata dia, jika dihitung modalnya pedagang itu maka didapat harga Rp109 ribu per kg. “Maka kami ini kalau mau jual Rp100 ribu saja masih rugi. Yang ada, kami bisa jual di harga Rp120 ribu per kg,” kata dia.

Ia juga meneyebutkan, posisi RPH juga akan memngaruhi harga. Semakin jauh dari RPH maka harganya akan naik. “Belum lagi bicara retribusi di RPH per ekor itu bisa mencapaj Rp250 ribu,” tegas dia.

Kondisi seperti itu, mestinya dapat diselesaikan oleh pemerintah. Karena kalau harga terus-terusan tinggi, maka pedagang pula yang akan dituding hanya mencari untung besar.

“Padahal kami ini, hanya untung Rp1.000 saja tidak masalah. Yang penting hubungan dengan konsumen terjaga,” tegas Ngadiran.

Makanya, kata dia, sangat tidak logis kalau Presiden Jokowi minta harga daging sapi menjadi Rp80 ribu. “Bagaimana caranya? Dihitung oleh ahli matematika mana pun tidak akan bisa jadi Rp 80 ribu per kg,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka