Pengamat politik dari Global Future Institute (GFI) Hendrajit, saat diskusi bertajuk ‘Menggali Freeport, Diantara Kepentingan Asing dan Kedaulatan Indonesia’ di WarunKomando, Tebet, Jakarta, Minggu (22/11). Freeport merupakan wujud VOC gaya baru dan sedang melakukan mapping kekuatan di Indonesia. Elit politik bukannya menjadi nasionalis yang ingin bisa menangkis serangkaian asimetris, namun justru berebut menjadi komprador dan perlu diingat penjajahan jaman sekarang tidak hanya menggunakan militer, namun bisa dari sektor energi maupun pangan. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

AHOK ini ketika bikin ulah menyerang Kiai Ma’ruf Amin saat persidangan kasusnya, yang pada perkembangannya menuai badai kecaman, sontak muncul keanehan mengapa yang bikin ulah dia, kok yang sowan ke Kiai Amin malah Luhut Pandjaitan.

Masih masuk akal kalau Luhut sowan dalam kapasitas sebagai Menko Polkam. Tapi nyatanya dia kan (memang) Menko Maritim. Jadi sistem macam apa yang sesungguhnya berlangsung dalam pemerintahan kita sekarang.

Oke, mari kita berpikir jernih dan tidak emosional. Melainkan mencoba mengaji (bukan mengkaji lho ya), sistem silluman macam apa yang sesungguhnya berlangsung sekarang. Lazimnya sebuah sistem, apapun sistem dan model manajemennya, selalu ada yang namanya TOP MANAJEMEN. Betul nggak?

Katakanlah ada yang namanya divisi yang menangani keuangan, pemasaran, permesinan dan sebagainya. Terus membentang sampai ke bawah. Dan level terbawah dari sistem dan manajemen tersebut adalah bagian metode atau operator teknis.

Lantas, kalau orang yang berwenang menangani bagian metode atau operator teknis sebuah sistem dan manajemen membuat kesalahan, maka perbaikan tidak mutlak hanya dibebankan sang operator teknis, mskipun karena melakukan blunder sekalipun.

Mengapa? Sebab namanya sistem pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Justru di sinilah keanehannya. Karena Top Manajemen merasa ulah Ahok itu harus direparasi oleh manajemen di level atasnya, maka Top Manajemen menugaskan divisi marketing dari sistem tersebut.

Dalam kasus ini, divisi marketing yang ditugasi untuk mereparasi kerusakan yang dibuat oleh Ahok Sang Operator teknis di tingkat metode operasi, maka Luhut Panjaitan tampil ke pentas. Sowan ke kediaman Pak Ma’ruf Amin.

Untuk apa? Ya untuk memperbaiki kerusakan akibat kesalahan sang operator teknis di level metode tadi, yang dalam kasus ini adalah Ahok.

Kalau ditinjau dari sudut penglihatan lazimnya suatu sistem dan manajemen yang normal, memang masuk akal kalau orang heran. Lho yang bikin ulah Ahok, kok yang sibuk malah Luhut berikut pucuk pimpinan Polri dan TNI.

Sudah begitu, kapasitasnya sebagai Menko Maritim ketika sowan ke Pak Amin, lebih mengundang tanda tanya lagi.

Namun ya itu tadi, semua keanehan itu jadi logis, ketika kunjungan Luhut beserta Kapolda dan Pangdam Jaya justru secara terang-benderang bahwa antara Luhut dan Ahok sejatinya merupakan sebuah sistem yang pada dasarnya merupakan suatu kesatuan.

Sekaligus mempertunjukkan secara terang-benderang, bahwa Luhut pun bukan Top Manajemen seperti kita sangka semula, melainkan dirinya pun hanya salah satu operator yang levelnya pun sejajar dengan Ahok namun dari divisi lain. Yang kali ini ditugasi Top Manajemen untuk mereparasi kerusakan yang dibuat Ahok.

Maka, terbongkarlah sudah, sistem siluman yang selama ini bekerja di bawah permukaan dan tersamar.

Hendrajit, Redaktur Senior Aktual

Artikel ini ditulis oleh: