Jakarta – Tepat pada bulan Rabiul Awal atau lebih dari 14 Abad yang lalu, Allah swt telah menurunkan seorang hamba IstimewaNya ke dunia. Dia adalah Muhammad Rasulullah SAW. yang mengemban misi penting untuk membentuk akhlak umat manusia mulya dan sempurna sebagaimana yang Allah kehendaki.

Muhammad yang berarti yang terpuji, ini merupakan sebuah nama yang baik dan istimewa. Dan dari nama tersebut terlihat sikap dan perilakunya yang baik. Tak hanya itu memiliki sifat kesabaran, ketabahan, keberanian, keadilan, ketegasan, dan lemah lembutnya menggambarkan seorang yang memiliki kepribadian yang sempurna.

Kesempurnaan akhlaknya ditunjukkan melalui ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kitab suci umat Islam ini merupakan gambaran dari akhlaknya Nabi Muhammad saw. Ketika Siti Aisyah ditanya oleh para sahabat tentang akhlak Rasulullah saw., ia menjawab dengan singkat: “Akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Qur’an.”

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (128) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (129)

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ´Arsy yang agung”. ”(Q.S. At-Taubah (9): Ayat 128-129)

Selain itu Nabi Muhammad saw sebagai Uswah Hasanah atau teladan yang baik sehingga akhlak beliau baik dan menjadi teladan bagi umatnya. Allah Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab (33): 21)

Wujud dari uswah hasanah selain terdapat di dalam Al-Qur’an, juga melalui sunahnya. Sunah atau hadis adalah keseluruhan dari kehidupan Nabi Muhammad saw., baik perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun himmah atau cita-citanya yang belum terwujud.

Rasulullah SAW. bersabda:
إنما بعثت لأتم صالح الاخلق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).”

Setiap perkataan Nabi Muhammad saw. baik masalah hubungan dengan Allah maupun masalah sosial kemasyarakatan menjadi uswah hasanah. Baik dari cara berbicara maupun isi pembicaraannya adalah contoh yang harus ditiru oleh umatnya. Ketika Nabi Muhammad saw. berbicara selalu jelas dan tegas, sehingga orang yang diajak bicara bisa memahaminya. Demikian juga materi yang dibicarakan tidak menyimpang dari syariat dan ajaran Allah swt.

Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“”Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” – (QS Al Anbiya (21): Ayat 107)

Selain perkataan, perbuatan Rasulullah saw. pun menjadi contoh. Dari mulai tidur, berjalan, duduk, makan, minum, berpakaian, dan semua tingkah lakunya menjadi teladan bagi umatnya. Oleh karena itu, Allah selalu menjaga dan memelihara tingkah laku Nabi Muhammad saw.. Ia tidak pernah berbuat salah kepada siapa pun. Ketika beliau bermuka masam kepada salah seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum, Allah swt. langsung menegurnya.

Firman Allah swt.:

عَبَسَ وَتَوَلَّى(1) أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى(2) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى(3
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barang kali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).” (Q.S. ‘Abasa (80): 1-3).

Untuk terakhir yang menjadi uswah hasanah adalah cita-citanya. Dimana cita-cita Rasulullah saw yang belum terlaksana karena beliau telah wafat. Contoh hadis ini salah satunya ketika beliau bercita-cita untuk berpuasa tanggal 9 Asyura.

Sabda Rasulullah saw.:
“Di kala Rasulullah saw. berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan untuk dipuasai, para sahabat menghadap kepada Nabi, mereka berkata: Ya Rasulullah, bahwa hari ini adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Jawab Rasulullah: Tahun yang akan datang, insya Allah aku akan berpuasa tanggal sembilan.” (H.R. Muslim dan Abu Daud)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid