Petani memelihara daun tembakau di perkebunan tembakau Kampung Cimuncang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (27/5). Harga tembakau basah ditingkat petani saat ini mencapai Rp 3.500 per kilogram sedangkan harga tembakau kering mencapai Rp 80.000 per kilogram. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/Spt/16

Jakarta, Aktual.com – Tanaman tembakau petani di Pamekasan, Jawa Timur pada musim panen kali ini rusak hingga 70 persen dari luas areal tanam di wilayah itu.

“Ini sesuai dengan hasil pemantauan lapangan yang kami lakukan, serta berdasarkan hasil koordinasi dengan perwakilan petani di sejumlah kecamatan,” kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pamekasan Fathorrahman di Pamekasan, Sabtu (20/8).

Fathorrahman menjelaskan, realisasi tanam tembakau tahun ini hanya 30 persen dari total luas lahan 32.205 hektare. Realisasi tanam tembakau di Pamekasan rendah, karena banyak tanaman petani yang terendam banjir, akibat sering turun hujan pada kemarau kali ini.

Selain realisasi tanam rendah, kualitas tembakau petani Pamekasan pada musim panen tahun ini juga jelek, karena sering diguyur hujan.

“Kualitas tembakau itu baik, jika kemarau bagus. Kalau sering turun hujan seperti musim tanam saat ini, maka bisa dipastikan kualitas jelek, dan aromanya juga kurang,” ucap Paong, sapaan karib Fathorrahman itu.

Kalangan petani tembakau di Pamekasan memang mengakui, hujan yang sering turun selama ini memang menyebabkan kualitas tembakau jelek. Selain mengurangi aroma, juga bisa mengurangi berat jenis tembakau.

“Biasanya dalam 5.000 pohon tembakau kami bisa menghasilkan enam bal tembakau rajangan, kali ini hanya 3 bal. Jadi separuyhnya,” ungkap petani tembakau asal Desa Larangan Slampar, Kecamatan Tlanakan kepada Zainul.

Zainul juga mengakui, berat jenis tembakau miliknya kini juga berkurang. Ia menuturkan dalam satu tempat pengering tembakau rajangan bisa memiliki berat jenis 3 kilogram, akibat sering diguyur hujan hanya 1,5 kilogram, bahkan ada yang hanya memiliki berat jenis 1 kilogram.

“Penurunannya sangat drastis,” terang Zainul.

Berbeda dengan Zainul yang masih bisa memanen tembakaunya meski kualitasnya jelek dan berat jenisnya turun, beda juga yang dialami petani tembakau di Kelurahan Jungcangcang Pamekasan, Saleh.

Pria yang juga tukang becak ini mengaku, awalnya ia menanam tembakau sebanyak 30 ribu pohon dengan modal awal sekitar Rp5 juta. Namun, karena areal tembakaunya dilanda banjir, kini justru tidak ada hidup sama sekali.

“Ada milik tetangga yang memaksa menanam ulang, akhirnya mati semua juga seperti milik saya, karena lahannya, lahan sawah,” tutur Saleh.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka