Santiago, Aktual.com – Akibat terjadinya pemadaman listrik besar-besaran atau blackdown yang nyaris di seluruh negeri sepanjang Selasa malam (25/2), akhirnya pemerintah Chili memberlakukan status keadaan darurat untuk menertibkan situasi.
Pemberlakuan status darurat diumumkan pada Selasa malam (25/2) waktu setempat, atau lima jama setelah terjadi blackdown. Dilansir dari Al Jazeera, dalam pidatonya yang disiarkan secara langsung di televisi, Presiden Chili Gabriel Boric mengatakan sekitar delapan juta rumah terdampak akibat pemadaman listrik massal tersebut, bahkan membuat ibukota Santiago menjadi gelap gulita. Boric juga meminta perusahaan swasta bertanggung jawab atas gangguan tersebut
”Apa yang terjadi hari ini keterlaluan, karena tidak dapat ditoleransi. Bahwa satu atau beberapa perusahaan memengaruhi kehidupan sehari-hari jutaan warga Chile, dan itulah sebabnya menjadi kewajiban negara untuk meminta pertanggungjawaban mereka,” kata Boric.
Pemerintah Chili menetapkan jam malam yang diberlakukan mulai pukul 22.00 hingga pukul 06.00, mulai dari pelabuhan paling utara Arica hingga wilayah selatan Los Lagos. Sedangkan layanan tanggap bencana nasional Chili, Senapred, mengatakan 14 dari 16 wilayah negara itu terdampak. Meski pada Rabu pagi (26/2), operator listrik Chili mengatakan bahwa sebagian besar aliran listrik di negara itu telah kembali beroperasi, dimana 90 persen konsumsi listrik telah dipulihkan.
Dalam Kantor Koordinator Listrik Nasional melaporkan, pada pukul 03.16 waktu setempat, terjadi gangguan pasokan listrik dari Arica ke wilayah Los Lagos yang disebabkan oleh putusnya transmisi 500 kV di Norte Chico. Putusnya transmisi ini menyebabkan terganggunya kegiatan masyarakat Chile.
Direktur eksekutif Koordinator Listrik Nasional Chili, Ernesto Huber mengatakan pihaknya telah mengaktifkan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik tenaga air, dalam upayanya memenuhi permintaan konsumen listrik.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Chili juga mengatakan bahwa mereka mengerahkan pasukan bersenjata di seluruh negeri, yang membentang sepanjang 4.300 km di sepanjang pantai Pasifik selatan, demi menjaga ketertiban.
Dijelaskan Menteri Dalam Negeri Chili, Carolina Toha pemberlakuan status darurat setelah lebih dari lima jam terjadi pemadaman listrik di negara itu, merupakan bagian dari keadaan darurat yang dideklarasikan oleh Presiden Chile Gabriel Boric. Tujuannya untuk menjamin keamanan penduduk yang menghadapi kemungkinan pemadaman listrik berlangsung hingga malam. ”Prioritas kami adalah keselamatan publik. Jelas, situasi ini bukan sesuatu yang direncanakan oleh siapapun,” kata Carolina Toha.
Carolina juga mengesampingkan adanya tindakan sabotase terkait pemadaman listrik itu. ”Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa ini adalah serangan,” kata Toha. Ia menambahkan, kemungkinan besar pemadaman listrik itu disebabkan kegagalan dalam operasi sistem, dan jaringan listrik akan kembali beroperasi dalam beberapa jam mendatang.
Untuk diketahui, pemadaman listrik yang meluas di Chili pada Selasa (24/2), yang merupakan pemadaman listrik terbesar di negara itu dalam beberapa tahun terakhir, diduga disebabkan kegagalan saluran transmisi tegangan tinggi di wilayah utara Chili.
Pemadaman listrik, yang dimulai pada Selasa sore itu memutus jaringan internet dan sinyal ponsel, menghentikan transportasi umum, dan menghambat operasi penambangan tembaga yang menjadi pusat pendapatan negara itu. Layanan kereta bawah tanah di Santiago beserta kota-kota lain terhenti, membuat penumpang terjebak di terowongan gelap. Beberapa warga melaporkan, mereka kekurangan air karena pompa listrik rusak.
Bukan hanya itu, berbagai rumah sakit dan gedung-gedung pemerintah terpaksa menggunakan generator darurat. Tak hanya itu, kegiatan sehari-hari seperti kegiatan di kelas, pertandingan sepak bola, layanan restoran, operasional bioskop juga terhenti.
Perusahaan metro (penyedia jasa angkutan kereta api di Chili) yang mengangkut sekitar 2,3 juta penumpang setiap hari, mengatakan para pekerja dikerahkan ke semua stasiun untuk mendukung evakuasi yang aman. Tak hanya itu, lampu lalu lintas yang tidak berfungsi mengakibatkan kemacetan parah. Beberapa orang juga harus berjalan selama berjam-jam di bawah terik matahari untuk mencapai rumah mereka.
Akibat terjadinya pemadaman listrik massal di seantero negeri, termasuk Ibukota Santiago, mengakibatkan jutaan orang kehilangan aliran listrik. Pemadaman listrik terburuk itu juga mengakibatkan kekacauan pada sistem transportasi di Santiago.
Bahkan, pemerintah setempat mengevakuasi ribuan orang dari stasiun. Ada pula orang-orang yang berdesakan untuk naik bus yang sudah penuh. Diketahui, daerah tanpa aliran listrik membentang dari Arica di utara negara Amerika Selatan yang panjang dan sempit itu hingga Los Lagos di selatan.
Menurut badan layanan tanggap darurat bencana, Senapred, kawasan yang terkena pemadaman listrik itu dihuni lebih dari 90 persen populasi Chile yang berjumlah 20 juta orang. Dampak lain dari pemadaman listrik di Chile tersebut, toko-toko dan kantor tutup lebih awal.
”Mereka mengizinkan kami meninggalkan kantor karena pemadaman listrik, tetapi sekarang saya tidak tahu bagaimana kami akan pulang karena semua bus penuh,” ujar seorang pekerja di Santiago, Maria. Salah seorang karyawan bank, Jonathan mengatakan akibat listrik yang mati di kantornya, maka semua aktivitas dihentikan.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain