Dia ada pada sebuah esensi segala sesuatu;“fihi”. Dia juga ada pada segala proses; “’indahu”. Dia juga sebab dari segala sesuatu; “qablahu”. Dan Dia juga akibat dari segala sesuatu ;“ba’dahu”.
Dengan kata lain, Dia (Allah Swt.) meliputi segala sesuatu dari segala sudut. Dia adalah yang nampak, tetapi sekaligus tersembunyi. Dia nampak dalam ketersembunyian-Nya. Dia tersembunyi dalam kenampakan-Nya.
Syekh Ibnu Ajibah menganalogikan hal tersebut dengan mengutip ungkapan para orang-orang ‘arif:
“Orang-orang pada umumnya melihat alam bendawi, alam fisik, dan setelah itu baru dia melihat Pencipta yang mengadakan sesuatu itu. Sementara orang-orang ‘arifin, mereka tak melalui tahap tersebut. Sebab mereka tak melihat kecuali Tuhan itu sendiri. Dia tak melihat wujud fisik. Dia langsung melihat kepada Sang Maha Agung (Allah Swt.)”
Laporan: Mabda Dzikara
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid