Jakarta, Aktual.co — Presiden Direktur Pertamina Dwi Sucipto cepat atau lambat tampaknya akan menjual PT Pertamina. Perusahaan yang hingga saat ini dimiliki 100 persen oleh negara akan dilempar ke pasar keuangan. Privatisasi tersebut dengan menjual anak perusahaannya terlebih dahulu karena menjual anak perusahaan tidak perlu persetujuan DPR.

“Privatisasi PT Pertamina (persero) dengan menjual anak perusahaannya terlebih dahulu karena menjual anak perusahaan tidak perlu persetujuan DPR,” ujar Analis ekonomi energi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Salamuddin Daeng kepada Aktual, Minggu (7/6).

Sebagaimana dikatakan Dwi Soetjipto, pihaknya bermaksud untuk memprioritaskan rencana sejumlah anak perusahaan energi milik negara untuk dijual sahamnya melalui penawaran umum perdana (IPO). Tujuan dari IPO adalah untuk membantu meningkatkan transparansi dan good governance dalam pengelolaan unit, yang terdiri dari puluhan perusahaan yang bergerak di kesehatan, asuransi, properti, penerbangan dan sektor pengiriman.

“Dwi Sucipto sangat berpengalaman dalam menjual BUMN. Selama memimpin Semen Indonesia, Dwi telah menjual 49 persen saham BUMN tersebut kepada swasta. Sepertinya ke depan Pertamina akan bernasib sama. Terlebih dahulu anak anak perusahaan Pertamina yang akan dijual, baik yang berkaitan langsung dengan rantai suplai perusahaan tersebut maupun unit usaha yang lainnya,” jelasnya.

Belakangan ini, Public bertanya ada apa dengan pemerintahan Jokowi, kabinet beserta para direksi BUMNnya, mengapa mereka gemar menjual asset negara. Pasalnya, belum lama pemerintah berencana menjual PT. Dayamitra Telecommunications (Mitratel), anak perusahaan PT. Telekomonikasi (Telkom) kepada perusahaan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, sebuah perusahaan swasta swasta milik Edwin Soeryadjaya.

Pemerintah beranggapan bahwa penjualan anak perusahaan ini tidak perlu persetujuan DPR.

“Diduga penjualan asset negara rawan menjadi bancakan penguasa. Telkom dan Pertamina adalah dua perusahaan yang rawan dijadikan bancakan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka