Jakarta, Aktual.com – Kenaikan peringkat utang dari Fitch Rating beberapa waktu lalu dari BBB- menjadi BBB bakal dijadikan tameng pemerintah untuk banyak melakukan utang baru di 2018 nanti. Bahkan banyak perusahaan juga akan menerbitkan utang baru seiring kenaikan rating utang itu.

Masalahnya, jika hal itu terjadi akan menjadi ancaman besar bagi sektor perbankan nasional. Sebab likuiditas perbankan akan mengering ketika dana-dana itu tersedot ke penerbitan surat utang.

Menurut Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, diprediksi tak cuma pemerintah, korporasi juga bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk mencari pendanaan di awal tahun.

“Tapi jika itu terjadi dan sama-sama memanfaatkan momentum penerbitan surat utang awal tahun, maka kemungkinan saling berebut likuiditas, hal ini yang membuat likuiditas perbankan semakin kering,” tandas Lana di Jakarta, Selasa (26/12).

Untuk itu, kata dia, regulator moneter harus bisa menjaga kekeringan likuiditas sektor perbankan itu. “Saya harap BI (Bank Indonesia) mampu menjaga agar tak ada kekeringan likuiditas. Makanya agar tak terjadi kekeringan likuditas itu, mestinya pemerintah untuk lebih memilih penerbitan surat utang di luar negeri saja lewat global bond,” papar Lana.

Dia sendiri memperkirakan, tindakan pemerintah untuk menerbitkan surat utang di awal tahun memang akan masif. Apalagi di tahun depan suku bunga global juga kemungkinan akan meningkat.

“Peningkatan itu karena kesepakatan kebijakan pajak di AS. Bahkan suku bunga akan naik sebelum The Fed menaikkan bunganya,” ujar dia.

Dengan kondisi itu, dia menambahkan, porsi front loading penerbitan utang akam lebih tinggi. Front loading sendiri sebagai strategi pemerintah menarik utang dengan memperbesar porsi penerbitan utang di awal tahun.

“Bahkan di 2018 mungkin porsinya akan tinggi. Biasanya 60 persen di awal tahun, bisa meningkat menjadi sekitar 70 persen,” katanya.

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: