Jakarta, Aktual.com — Hidup memang sebuah pengorbanan dan perjuangan. Berjuang dan berkorban adalah sesuatu yang melelahkan dan memberatkan, dan ketika lelah tentu butuh ketenangan dan istirahat. Namun tidak semua orang bisa dengan mudah mendapatkan ini semua. Ada yang hanya bisa beristirahat satu atau dua jam saja setiap harinya. Hidupnya dipenuhi dengan aktivitas dan kesibukan yang luar biasa. Sehingga, kesempatan beristirahat merupakan sebuah kenikmatan dan kasih sayang Allah SWT yang mesti kita syukuri.

Namun di masa kini, manusia dihadapkan pada pola hidup yang menuhankan materi. Hidup di dunia seolah-olah hanya untuk mencari uang atau materi. Manusia diposisikan sebagai alat produksi yang senantiasa dituntut produktif. Dengan kata lain, segala aktivitas harus ada timbal baliknya secara materi. Pekerjaan adalah nomor 1, sementara keharmonisan keluarga, interaksi sosial dengan masyarakat, adalah nomor kesekian walhasil, manusia pun tak ubahnya seperti robot. Ini jelas menyelisihi fitrah manusia Allah SWT

“Oleh karena itu dalam menjalani hidup, kita harus mengaturnya dengan dengan baik dan cermat. Jangan sampai kita hidup di dunia ini hanya sibuk dengan bekerja bekerja dan bekerja,” ucap Ustad Muhamad Ikrom kepada Aktual.com, Sabtu (27/2).

Allah SWT berfirman,

يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

Artinya, “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” QS: An-Nisa`: 28

As-Sa’di pernah mengatakan, (Allah SWT menginginkan atas kalian keringanan) artinya kemudahan dalam segala perintah dan larangan-Nya atas  kalian. Hal ini sebagai bukti sempurnanya kasih sayang Allah SWT, kebaikan yang mencakup ilmu dan hikmah-Nya atas kelemahan manusia (yaitu kelemahan) dari semua sisi. Lemah tubuh, lemah niat, lemah kehendak, lemah keinginan, lemah iman, dan lemah kesabaran. Berdasarkan semua ini sangat sesuai jika Allah SWT meringankan atas mereka perkara yang dia tidak sanggup untuk melakukannya dan segala apa yang tidak sanggup dipenuhi oleh keimanannya, kesabaran, dan kekuatan dirinya.”terang Ustad Ikrom

Dan karena kelemahan itu, Allah Maha Bijaksana di dalam menentukan waktu kehidupan bagi mereka. Allah SWT menjadikan malam dan siang memiliki hikmah tersendiri. Dan adanya malam dan siang itu menunjukkan kasih sayang Allah SWT terhadap hamba-Nya dan manakah dari hamba-Nya yang mau mensyukurinya?

Allah SWT berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

Artinya, “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” QS: Yunus : 67

وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya, “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” QS: Al Qashash : 73

Dan masih banyak lagi ayat yang semakna dengan di atas. Semuanya menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah SWT terhadap hamba-Nya dan  Allah SWT telah melimpahkan kepada mereka segala yang mereka butuhkan dalam pengabdian dan ibadah kepada Allah SWT. Namun mengapa kebanyakan manusia ingkar kepada-Nya ?

Dan kita semua pasti berkeinginan agar  istirahat kita bukan hanya sebagai ketundukan kepada sunatullah semata. Kita juga ingin agar istirahat kita mendapatkan nilai ibadah tambahan dari sisi Allah SWT. Allah SWT melalui lisan Rasul-Nya Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita beberapa adab di dalam beristirahat yaitu,

1. Tidak tidur terlalu malam

Tidak tidur terlalu malam setelah sholat isya kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk mengulang (muroja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu

“Bahwasanya Rasulullah SAW membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya” (HR. Bukhari Muslim)

2. Tidur disunnahkan berwudhu

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat”  (HR. Bukhari Muslim)

3. Tidur, miring ke kanan

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu” (HR. Bukhari Muslim)

“Rasulullah SAW apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya”  (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

4. Tidak boleh tidur tengkurap

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah SWT”  (HR. Abu Dawud)

5. Membaca doa tidur

6. Pada waktu menjelang tidur malam bacalah,

a. Ayat Kursi

Seseorang berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah SWT dan setan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Mengomentari hal itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Benar apa yang dikatakannya, padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan.“(HR. Bukhari)

b. Surat Al-Ikhlash – An-Naas 3 x.

“Nabi Saw ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (QS Al-Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (QS Al-Falaq), dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (QS An-Naas). Lalu beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.”(HR. Bukhari)

7. Membersihkan tempat tidur sebelum tidur

“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi”  (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud)

8. Membaca doa setelah bangun tidur

9. Setelah bangun malam, disunnahkan bersiwak

“Apabila Rasulullah SAW bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Bukhari Muslim)

10. Anak laki-laki dan perempuan hendaknya dipisahkan tempat tidurnya setelah berumur 6 tahun. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi)

11. Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun kemudian meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali). Hendaknya berpindah posisi tidurnya dari sisi sebelumnya. Atau bangun dan salat bila mau. (HR. Muslim)

12. Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut. (HR. Muslim)

13. Disunnahkan tidur siang/qailulah

Tidur siang disebutkan dalam Al Quran. Allah SWT berfirman,

وَمِنْ آَيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

Artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” QS: Ar-Ruum : 23

Demikian juga diperintahkan oleh Rasulullah SAW beliau bersabda,

قِيْلُوا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ

Artinya, “Qailulah-lah (istirahat sianglah) kalian, sesungguhnya setan-setan itu tidak pernah istirahat siang.”

Demikian juga perbuatan para sahabat berkata,

رُبَّمَا قَعَدَ عَلَى بَابِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رِجَالٌ مِنْ قُرَيْشٍ، فَإِذَا فَاءَ الْفَيْءُ قَالَ: قُوْمُوا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ لِلشَّيْطَانِ. ثُمَّ لاَ يَمُرُّ عَلَى أَحَدٍ إِلاَّ أَقَامَهُ

Artinya, “Pernah suatu ketika ada orang-orang Quraisy yang duduk di depan pintu Ibnu Mas’ud. Ketika tengah hari, Ibnu Mas’ud mengatakan, “Bangkitlah kalian (untuk istirahat siang), Yang tertinggal hanyalah bagian untuk setan.” Kemudian tidaklah Umar melewati seorang pun kecuali menyuruhnya bangkit

Di riwayat yang lain,

كَانَ عُمَرُ z يَمُرُّ بِنَا نِصْفَ النَّهَارِ –أَوْ قَرِيْبًا مِنْهُ – فَيَقُوْلُ: قُوْمُوا فَقِيْلُوا، فَمَا بَقِيَ فَلِلشَّيْطَانِ

Artinya, “Dahulunya ’Umar bila melewati kami pada tengah hari atau mendekati tengah hari mengatakan, “Bangkitlah kalian! Istirahat sianglah! Yang tertinggal menjadi bagian untuk setan

Al-Khalal pun berkata,

قال الخلال استحباب القائلة نصف النهار قال عبد الله كان أبي ينام نصف النهار شتاء كان أو صيفا لا يدعها

Artinya, “Disunnahkan qailulah pada pertengahan siang, Abdullah (bin Ahmad) berkata, “Ayahku tidur siang pada musim panas dan dingin, ia tidak meninggalkannya

14. Istirahat hati/rihlah

“Hiburlah hati suatu ketika karena jika ia dipaksa terus-menerus terhadap sesuatu maka ia akan menjadi buta…” (Ali bin Abi Thalib)

“Demikianlah yang telah Rasulullah ajarkan kepada para sahabatnya terdahulu mengenai beristirahat, namun ada satu halyang harus kita perhatikan  yaitu jangan sampai kita salah faham akan ajaran Rasulullah mengenai hal yang satu ini. Karena dalam Islam kita juga di perintahkan untuk bekerja keras serta bergiat dalam bekerja, oleh karena itu apa bila masi ada pekerjaa yang belum selesai maka selesaikanlah pekerjaan tersebut dengan baik dan tanpa menyita waktu yang lainnya.”tuturnya diakhir pembicaraan.

Refrensi :

Lisanul Arab 11/557,  Dar Shadir, Beirut, cet.III, 1414 H, syamilah

Subulus Salam 1/398, darul Hadits, syamilah

Al-Adab Asy-Syar’iyyah wal minahil mar’iyyah hal 161

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan