Kemiskinan Turun Satu Persen, Orang Kaya Naik 10 Persen

Mantan Staf Khusus Menakertrans, Natalius Pigai mengatakan kemiskinan merupakan problem serius suatu negara manapun. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah memajukan masyarakat yang adil dan makmur. Bangsa manapun tidak akan mencapai cita-cita sejahtera apabila jumlah penduduk miskin makin tinggi. Garis kemiskinan (GK) rakyat dilihat atas penjumlahan 2 variabel utama yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang dilihat menurut konsumsi kalori maksimum, untuk negara kita dihitung dari konsumsi 2100 per kapita /hari dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis Kemiskian Non Makanan (GKNM) merupakan kemampuan rakyat untuk memenuhi aspek sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itulah maka pengentasan kemiskinan menjadi amat penting bagi sebuah bangsa karena akan mengukur kemampuan rakyat memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach).

“Penurunan angka kemiskinan adalah wajar dan normal, tidak ada yang lebih  hebat karena sejak jaman Soeharto, Habibie, Megawati, SBY sampai Jokowi angka kemiskinan mengalami penurunan,” ujar Natalius.

Sejak tahun 1998 dilihat menurut periode kepemimpinan Presiden: 1). Presiden Suharto, pada tahun 1998 angka kemiskinan mencapai 24, 43%. 2). Presiden Habibie, pada tahun 1999 angka kemiskina menurun menjadi 23,43%. 3). Presiden Gus Dur tahun 2001 angka kemiskinan turun menjadi 18,41%. 4. Presiden Megawati tahun 2003 angka kemiskinan juga turun menjadi 16,66%. 5). Presiden SBY periode pertama tahun 2009 jumlah kemiskinan turun menjadi 14,15% dan Presiden SBY Periode kedua 2014 angka kemiskinan menurun juga yaitu 10,96%. 6). Dan Presiden Joko Widodo Pada Maret 2018 angka kemiskinan juga turun menjadi 9,86%.

Dari point 1-7 dalam kurun waktu 20 tahun kemiskinan mengalami penurunan dari 24,43 menjadi 9,86 yaitu turun sebesar 14,57%, atau bila dilihat dari angka postulat maka jumlah penduduk miskin dari 49,50 juta tahun 1998 menjadi 25,96 juta pada tahun 2018.

“Kalau mau jujur soal reputasi terbaik “sepanjang sejarah” maka masing-masing-masing Presiden memiliki reputasi terbaik sepanjang sejarah jika dilihat dari massa dimana Presiden masing-masing memimpin. Jadi bukan hanya masa Jokowi!.,” jelasnya.

Pada masanya, Presiden Habibie terbaik sepanjang sejarah karena menurunkan angka kemiskinan dari 24,43% menjadi 23,42%. Demikian pula Gus Dur memecahkan rekor terbaik dijamannya menjadi 18,41%, dan seterusnya akhirnya jaman Jokowi menjadi 9,86% juga terbaik sepanjang sejarah. Dan seterusnya jika siapapum terpilih menjadi Presiden akan memecahkan rekor karena kemiskinan di negeri ini  juga seluruh dunia cenderung mengalami penurunan secara alamiah.

Menurutnya, Presiden Jokowi merupakan Presiden paling terburuk kinerjanya dalam menurunkan angka kemiskinan. Hal tersebut dalam dilihat dari angka berikut:

  1. Habibie dalam hanya dalam setahun menurunkan angka kemiskinan 1,1% yaitu dari 24,43 menjadi 23,42%
  2. Gus Dur hanya dalam 2 tahun memimpin angka kemiskinan turun sebanyak 5,01% yaitu dari 23,42% menjadi 18,41%
  3. Megawati mampu menurunkan angka kemiskinan dalam durasi waktu singkat 2,51% yaitu dari 18,41% menjadi 1,75%
  4. SBY periode pertama mampu menurunkan angka kemiskinan sebanyak 2,51% yaitu dari 16,66% menjadi 14,15%
  5. SBY periode kedua kemiskinan turun sebanyak 3,46% yaitu dari 14,15% menjadi 10,96%
  6. Joko Widodo hanya mampu menurunkan angka kemiskinan sebanyak 1,1% persen yaitu dari 10,96% menjadi 9,86%.

“Presiden Jokowi dalam jangka waktu 4 tahun, hanya mampu menurunkan angka kemiskinan 1,01% Sangat kecil sekali dibandingkan dengan presiden-presiden yang lain.  Lebih ironi lagi bahwa  Jokowi 4 Tahun Orang Miskin Turun 1%, sementara Orang Kaya Naik 10%,” tegasnya.

Hasil survei terbaru yang berjudul Global Wealth Report 2017 yang diterbitkan oleh Credit Suisse, Indonesia kini memiliki 868 orang super kaya atau yang masuk dalam kategori Ultra High Net Worth Individual (UNHWI). 111 ribu penduduk Indonesia juga digolongkan sebagai miliuner atau orang yang memiliki pendapatan di atas US$ 1 juta atau setara Rp 13,5 miliar (kurs US$ 1: Rp 13.505).  Orang kaya meningkat lebih dari 10 persen hampir tiap tahun.

“Jokowi hampir 4 tahun pimpin Indonesia habiskan anggaran negara 7 ribu triliun atau rata-rata Rp2 ribu trilyun pertahun, hanya mampu turunkan 1% jumlah orang miskin. Sementara pundi-pundi orang kaya makin bertambah,” tegasnya.

Dirinya menilai salah satu kegagalan Jokowi menurunkan angka kemiskinan karena selain Jokowi tidak punya niat baik juga tidak punya master plan. Komsepsi dan arah pembangunan yang berorientasi pada: 1) Pengentasan Kemiskian (pro poor). 2) Penciptaan lapangan kerja (pro job). 3. Berorientasi pada pertumbuhan ekonomi (pro growth).  Pemerintah Jokowi justru menghadirkan program yang mencekik leher rakyat miskin seperti kenaikan harga BBM, Kenaikan harga listrik dan pengendalian harga pangan untuk menekan inflasi  yang kurang sehingga penyebab sulitnya mengentaskan kemiskinan di negeri ini.

 

 

Artikel ini ditulis oleh:

Eka