Harga Minyak Mentah Dunia (Aktual/Ilst.Nelson)
Harga Minyak Mentah Dunia (Aktual/Ilst.Nelson)

Yogyakarta, Aktual.com – Saudi Arabian Oil Co. atau Saudi Aramco yang baru saja menyepakati kerjasama proyek kilang Cilacap senilai 6 miliar dolar AS, telah menurunkan harga hampir semua jenis minyak mentahnya di pasar global untuk pengiriman April 2017.

Dilansir The Wall Street Journal, Sabtu (4/3), eksportir minyak terbesar dunia itu menyatakan telah menurunkan harga minyak mentah jenis super light dan extra light masing-masing 50 sen dan 75 sen.

“Pemangkasan harga minyak mentah diharapkan dapat memicu naiknya pesanan terutama di pasar-pasar utama mereka,” kata Kevin Baxter, Analis Energi Global.

Penurunan harga ini diberlakukan bagi konsumen mereka di kawasan Timur Jauh atau sebagian Asia Pasifik termasuk didalamnya Indonesia yang selama ini jadi pasar terbesar industri minyak plat merah Arab Saudi tersebut.

Sementara, untuk minyak jenis light dan medium turun sebesar 30 sen per barel. Sedangkan, jenis heavy tidak alami perubahan. Untuk AS, jenis extra light, light, medium dan heavy juga telah dipotong 10 sen menjadi sebesar 30 sen per barel.

Pelanggan di Eropa barat laut seperti Denmark, Norwegia, dan Swedia juga menerima diskon antara 45 sen dan 60 sen per barel. Namun, negara-negara Mediterania jadi kawasan yang justru akan alami kenaikan harga, meningkat 15 sen per barel untuk jenis heavy.

Sejak dua tahun terakhir, di tengah penurunan tajam harga minyak mentah global, para pengamat sebetulnya telah memprediksi terjadinya penurunan dengan mengikuti sejumlah petunjuk mengenai arah kebijakan minyak Arab Saudi.

Sebelumnya, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada bulan Januari dan Februari memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari atau sekitar 32.3 miliar barel per hari, dengan tingkat kepatuhan menurut sebagian besar perkiraan sekitar 94 persen.

Arab Saudi menjadi pendorong utama dilakukannya pemangkasan dan pengurangan hasil produksi dengan tambahan 80.000 barel per hari pada bulan Januari yang bertujuan memberi kesempatan negara lain mengendalikan produksi mereka sendiri.

 

Laporan: Nelson Nafis

Artikel ini ditulis oleh: