Jakarta, aktual.com – Hadits Kedua dari kitab Arbain Nawawi menjelaskan tentang rukun-rukun agama, yang teks haditnya sebagai berikut:
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله،وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ،وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِالله،وَمَلائِكَتِه،وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ،وَالْيَوْمِ الآَخِر،وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا،وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ)
Terjemah:
Dari Umar Radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu menyandarkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam) dan meletakkan kedua tangannya di atas dua pahanya (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan tak berpakaian, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Ya Umar tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Imam Muslim)
Faedah
Diingatkan kembali untuk selalu memulai hari dengan tajdiddun niat [memperbaharui niat], 2-5 menit setiap pagi. Niat yang bukan hanya sekedar kehendak, namun kesadaran penuh. Niatkan 3 hal setiap pagi : niat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih menghamba kepada Allah; bersyukur atas setiap nikmat yang Allah berikan; berdoa untuk keluarga dan seluruh umat Rasulullah.
Setiap hari diusahakan untuk membaca Al Qur’an dan 2-3 hadits. Lalu memahami dan menjadikannya refleksi dalam kehidupan.
Kyai Nafis menjelaskan bahwa cara membaca kitab hadits ketika dihadapan guru itu tidak seperti membaca kitab selain hadits. Perlu diawali dengan “wabihi, wailaihi qoola…” / “bisanadikumul muttasil ilaa muallif hadzal kitab” atau dengan lafadz yg semisal agar tersambung sanad kita dengan penyusun kitab Hadits tersebut hingga Rasulullah saw.
Sayiduna Jibril as. yang hadir dalam wujud laki-laki berpakaian putih bersih, rambut yang hitam dan tidak tampak wajah bekas perjalanan jauh (lelah) menunjukkan adab saat menghadap kepada guru, majelis ilmu, dan fudhola’ (orang-orang yang memiliki keutamaan disisi Allah). Wajib bagi kita memakai pakaian yang rapi, bersih dan bermuka segar (tidak letih) berseri-seri.
Karena menuntut ilmu harus mengedepankan adab. Seorang alim dianjurkan untuk berpakaian yang baik, rapih sesuai kapasitas dirinya sebagai pengajar dan pembimbing umat Bukan untuk Riya, mencontoh apa yang dilakukan malaikat Jibril as. Saat menghadap Rasulullah saw. Ditengah para sahabat.
Menempelkan dengkul dan meletakkan tangan di paha seperti yang dilakukan ahli thoriqoh dengab mursyidnya, tujuannya diantaranya untuk menyatukan frekuensi lahir dan bathin.
Tidak diperkenankan memanggil Rasulullah saw hanya dengan nama beliau saja sebagaimana kita memanggil sesama kita. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam surah An Nur : 63.
Pokok-pokok agama / arkaanud diin ada tiga:
- Islam
rukun Islam: Syahadatain, shalat, zakat, puasa, haji Merupakan pangkal syariat, Pengamalannya dengan dhohir dan terkait dengan jasad / jasmani. diperlukan thoriqoh untuk menggali makna-makna setiap ibadah itu.
- Iman
rukun iman: Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qadha dan qadar.
Iman dari sisi tasawuf tidak hanya sekedar mengenal dan meyakini Allah dengan metode rasional dan dogmatis sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab para ulama ahlu kalam. Namun juga merupakan Thoriqoh, proses pemantapan keyakinan dalam qalbu, melalui pembuktian dan perjalanan ruhani yang menuntut adanya rasa / dzauq sampai kita selalu ridha akan setiap ketentuan Allah.
Diawali dengan mengenal Allah, secara mudah bisa dilakukan dengan dzikrullah, selanjutnya akan dibukakan pintu2 pemahaman dan pengenalan kepada-Nya, malaikat-Nya, utusan-utusan-Nya, hakikat kiamat dan ridha akan setiap qadha qadr.
Merawat dan menguatkan Iman harus dengan metode / cara / thoriqoh, karena iman itu naik turun. metodenya yang paling pokok diantaranya dengan berdzikir.
Al-Imam Ibnu Atha’illah As-Sakandary ra. membagi dzikir menjadi 3 macam :
1- Dzikir Lisan. Yakni dzikir yang hanya terkait dengan lisan dan jasad, belum meresap kedalam qalbu. Dzikir memang diawali dengan lisan, tapi selanjutnya apa yang kita rasakan setelah berdzikir? Merasakan ketenangan atau malah muncul kesombongan? merasa lebih baik karena lebih banyak berdzikir dibanding orang lain. Jika kita hanya merasa cukup dengan Dzikir lisan saja maka ini bisa menjadi tipudaya.
2- Dzikir muqoyyad, yakni ketika batin mulai terikat dan terkait dengan makna-makna dzikir. Meski kadang dzohir atau lisannya tidak berdzikir. inipun belum bisa disebut dzikir yg sempurna dan menyeluruh.
3- Dzikir mutlaq. Adalah dzikir yang telah memenuhi seluruh komponen diri baik lahir maupun bathin. Bagaimana dzikir bisa memenuhi dan sinkron antara 4 lapisan hati (sadr, qalb, Fuad dan hub) ini harus terus dilatih. Di sinilah pentingnya thoriqoh/metode dalam perjalanan iman.
Dzikir harus disertai ilmu, dan ilmu yang paling utama ada di dalam Al Qur’an dan hadits. Inilah mengapa Zawiyah Ar-Raudhah tidak hanya melulu mengkaji kitab-kitab tasawuf dan menjalani majlis dzikir saja. tapi dilengkapi dengan kajian-kajian tafsir, hadits, fiqih, qososul anbiya dll.
Jika kita tidak kunjung khusyu atau hudhur, tandanya kita memerlukan Mursyid. Pentingnya bersuhbah, wajib memiliki guru dan komunitas untuk saling melengkapi dan memahami ilmu dhohir maupun batin.
- Ihsan
hakikat ihsan: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”
merupakan pangkal Ma’rifat, dibagi kedalam dua tingkatan, musyahadah (menyaksikan Allah) yang merupakan martabat tertinggi dalam Ihsan. dan muraqabah (merasa selalu dilihat dan diawasi Allah) yang merupakan jalan menuju musyahadah. Untuk menuju tingkat Ihsan & ma’rifat diperlukan iman yang kuat dan mantab serta bimbingan seorang murobby / mursyid.
Thoriqoh juga adalah metode untuk mencapai Ihsan, kurang elok jika orang membanggakan thoriqoh yang dianut lebih baik dibanding thoriqoh lain, namun tidak menggunakannya untuk mencapai ma’rifatullah (mengenal Allah). ini bentuk ketertipuan yang banyak menimpa ahlu Thoriqoh di awal perjalanannya.
kalau kita betul-betul mengenal Allah, kita tidak akan merasa diatur ataupun dipaksa oleh Allah. karena kita telah lebur didalam kehendak-Nya. Kita akan Ridho pada setiap perintah dan ketentuannya. Mungkin hal yg membuat kita berat dalam menjalankan setiap perintah Allah dan Ridho terhadap kehendak dan ketentuannya mungkin karena kita baru memandang Allah dengan sifat Al – Jalal (Keperkasaan-Nya) saja belum kepada sifat Al – Jamal (Keindahan-Nya) dan Al-Kamal (Kesempurnaan-Nya). inilah kenapa kita perlu betul-betul memahami dan memurnikan tauhid dari mulai Af’aal, Asmaa’, Shifat dan Dzat Allah subhanahu wa taala.
RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah (Via zoom Cloud Meeting 06.40 – 08.45 WIB | Ahad 4 Sya’ban 1441 / 29 Maret 2020)
Artikel ini ditulis oleh:
Eko Priyanto