Dalam sambutannya Kiai Nafis menjelaskan secara garis besar dakwah di jalan Thoriqoh. Karena melalui Thoriqoh dari masyaikh-masyaikh dan guru-guru akan menjadi penghubung kita menuju Rasulullah SAW hingga Allah SWT. Meski demikian, Khodimu Zawiyah Wa Ma'had Arraudhah Ihsan Foundation, sekaligus Syekh Syadziliyah Qodiriah tak menampik bahwa di Jakarta ini banyak ragam jamaah Thariqoh.
Dalam sambutannya Kiai Nafis menjelaskan secara garis besar dakwah di jalan Thoriqoh. Karena melalui Thoriqoh dari masyaikh-masyaikh dan guru-guru akan menjadi penghubung kita menuju Rasulullah SAW hingga Allah SWT. Meski demikian, Khodimu Zawiyah Wa Ma'had Arraudhah Ihsan Foundation, sekaligus Syekh Syadziliyah Qodiriah tak menampik bahwa di Jakarta ini banyak ragam jamaah Thariqoh.

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو الأَنْصَارِي البَدْرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ”
(رَوَاهُ البُخَارِي)

Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya di antara perkataan kenabian terdahulu yang diketahui manusia ialah jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!’”
(HR. Bukhari)

Keutamaan Perawi

Sayiduna Uqbah bin Amr ra. merupakan salah satu sahabat yang masuk kategori assaabiquun al-awwaaluun / diantara sahabat terawal yang beriman dengan Rasulullah saw. Beliau seorang qari’ yang indah suaranya, alim dan panglima perang. Beliau pernah diutus Sayiduna Umar ra. sebagai mufti besar dan mufti pertama di Mesir. Beliau pun wafat dan dimakamkan di Mesir.

Rasulullah saw. pernah melihat Uqbah ra. mencambuk budaknya dan tidak senang terhadapnya, lantas Uqbah membebaskan budak tersebut. Rasulullah bersabda ‘jikalau engkau tidak membebaskan budak itu, sungguh di akhirat kau akan dicambuk lebih parah dari ini’.

Beliau juga termasuk dalam 313 daftar nama ahlu badr (para sahabat yang ikut dalam perang Badar). Biasanya ulama mengijazahkan 313x sholawat karena tabarruk dan tawassul pada ahlul badar, dalam perang Badar, sebanyak 313 mukmin melawan 1.000-an kafir Quraisy, tiga kali lipat jumlah mukmin. Dengan bertabaruk kepada ahlu Badar, insyaAllah doanya segera diijabah. Bahkan ada ulama yang bertawasul dengan perantara para syuhada perang badar setiap selesai sholat.

Faedah, Tanbih dan Hikmah Hadits

Islam adalah penyempurna agama-agama samawi yang telah ada sebelumnya. Sebagai muslim, jangan kita menganggap semua agama seperti kebanyakan orang liberal saat ini. Karena Islam bukan sekedar pembaharu, tapi penyempurna.

Firman Allah ta’ala :

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imran 19)

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا “

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]

Banyak orang tergelincir karena merasa tidak terpilih, sehingga merasa tidak disayang Tuhan. Ada juga yang sudah terpilih tapi menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Allah sudah memberikan kesempatan kita untuk beriman, jangan disia-siakan.

Rasa malu merupakan bentuk keimanan. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

”Malu merupakan bagian dari keimanan.” (HR. Muslim, no. 161)

Kalau kamu tidak memiliki rasa malu, terserahmu mau melakukan apa. Sebagai hamba, harusnya kita memiliki rasa sungkan kepada Allah. Sungkan maksudnya merasa tidak enak, gelisah saat tidak pernah bersyukur atas nikmat Allah, malu jika tidak pernah mengaku dzalim dan mengakui kesalahan, malu jika tidak pernah memohon perlindungan, malu saat merasa paling bisa, malu jika merasa paling paling paling ! Malu ketika kita punya sifat tidak beradab pada Allah. Tidak menghormati orang lain, tidak bersyukur, tidak pernah merasa salah.

Apalagi sebagai ahli thoriqoh yang seharusnya rasa malunya lebih lembut ketimbang orang awam. Kita harusnya malu ketika tidak menjadikan setiap hembusan nafas kita untuk mengingat Allah.

Jika saat sholat muncul dalam hati kita merasa ingin terlihat alim dimata orang lain, maka panjangkanlah sholatmu untuk melawan perasaan tersebut.

Kalau ditugasi oleh guru untuk mengajar di suatu tempat atau kajian tapi tidak mau dengan alasan malu. itu bukan malu namanya, tapi malas.

Ukuran malu itu jika dilakukan di depan umum merasa tidak patut dan tidak pantas. Ada perasaan tertekan saat melakukan suatu perbuatan, khususnya hal-hal yang tidak patut dalam masyarakat, terlebih lagi di dalam syariat.

Sedangkan Al hayya’ (malu) dalam thoriqoh merupakan pintu-pintu menuju akhlak yang baik. Diantaranya malu saat tidak melakukan Sunnah dan irsyadah bimbingan sang guru. Jangan berpikir tidak ada orang. Karena dalam rasa malu seringkali terdapat alarm tentang keharaman, makruh, syubhat, dan hilaful aula. Yakni hal-hal yang menyalahi keutamaan dan sebaiknya ditinggalkan.

Tanda Allah tidak suka atau marah pada seorang hamba adalah saat Dia mencabut sifat malu dari hambanya, yang merupakan salah satu pintu husnul khuluq (bagusnya budi pekerti). Lebih senang kumpul dengan non muslim, muslim yang buka aurat, atau perkumpulan lain yang tidak ada faedah nya. sehingga akhlaknya semakin buruk dan jauh dari rasa malu.

Rasa malu yang dicabut karena kemarahan Allah, mengakibatkan kemarahan orang lain, sehingga dicabutnya rahmat Allah dari orang tersebut dan yang terakhir Allah akan cabut keislamannya. Bisa jadi orang tersebut masih sholat dan bersyahadat, tapi ruh Islam dalam dirinya menghilang, Na’udzubillah min dzalik.

Malu batin, malu dengan Allah dan Rasul-Nya jika kita tidak berdzikir, tidak bersholawat, malu dengan para masyayikh jika tidak membaca hizib dan awrad. Malu disaat ramai maupun sepi. Malu pada guru jika tidak taat. Taat pada irsyadaat (bimbingan) guru maka akan meraih manfaat dunia wal akhirah.

Taat manfaat, gak taat bejad, maksudnya:
1. Dalam konteks guru ruhani, bukan dalam konteks organisasi, partai atau jam’iah.
2. Taat bukan pada personal, sehingga mengakibatkan kultus individu. Tetapi taat pada aturan dan kesepakatan bersama.

Taklid buta, salah bener manut guru. Ini salah. Tapi kita tetap tidak boleh mempermalukan guru, ngerasani guru, na’udzubillah. Ketaatan batin, seorang guru yang benar pasti tidak akan membawa ke jurang kemaksiatan, namun selalu mengajak ke dalam kebaikan yang bisa diterima akal dan hati. Berbeda dalam kisah nabi Khidir as. dan nabi Musa as. yang banyak tidak masuk akalnya, maka itu menuntut kesabaran.

Dalam kajian, Kyai Nafis sempat menceritakan kenalannya. Seorang hafidz 30 juz dari keluarga miskin. Namun sekarang ia menjadi pendeta karena iming-iming bayaran sekali ceramah sebesar 20 juta. Semudah itu melepas agama hanya demi dunia.

Membaca dan mengamalkan Dalailul khoirot. Sebaiknya dengan ijazah supaya tertaut ruhaninya. Kyai Nafis menyampaikan jika mau ijazah Dalail di Zawiyah, harus baca dulu di depan beliau baru diijazahkan berikut sanadnya. Alhamdulillah Kyai Nafis telah mendapatkan 4 sanad yang bersambung kepada Imam Jazuli ra., Dalail bisa dibaca perhari, perminggu, bisa dibaca perbab atau perhizb, atau dibaca setiap waktu longgar.

Semua tarekat baca dzikir shoalwat tahlil. Saat kita dzikir, baca hizib atau tahlil lalu teringat dosa-dosa, itu tanda sedang proses dibersihkan, dihapuskan, selama bukan dosa besar.. kalau dosa besar maka perlu pertaubatan khusus.

Wallahu A’lam bisshawaab

RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 06.45 – 08.35 WIB Senin 26 Sya’ban 1441 / 20 April 2020)