عَنْ أَبيْ عَبْدِ اللهِ جَابِرِ بنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَرَأَيْتَ إِذا صَلَّيْتُ المَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الحَلاَلَ، وَحَرَّمْتُ الحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلى ذَلِكَ شَيئاً أَدْخُلُ الجَنَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ
(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

وَمَعْنَى حَرَّمْتُ الحَرَامَ اِجْتَنَبْتُهُ، وَمَعْنَى أَحْلَلْتُ الحَلالَ فَعَلْتُهُ مُعْتَقِداً حِلَّهُ

Dari Abu ‘Abdillah Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Bagaimana pendapat Anda (kabarkan padaku), apabila aku mengerjakan shalat-shalat fardhu, puasa di bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambahnya sedikit pun dari itu, apakah aku akan masuk surga?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” (HR. Muslim).

Makna “Aku mengharamkan yang haram”, ialah aku menjauhinya. Dan makna “Aku menghalalkan yang halal” ialah aku menghalalkannya dengan meyakini kehalalannya. Wallahu a’lam.

Keutamaan Perawi

Sayiduna Jabir bin Abdullah ra dan ayahnya, keduanya adalah sahabat Rasulullah saw. Sayiduna Jabir ra. adalah salah satu pembesar dan sahabat utama. Beliau penerima tongkat kewalian setelah sayyidina Hasan ra. dan termasuk rijal dalam sanad silsilah thoriqah kita Syadziliyah.

Ayahnya yang merupakan sahabat Rasulullah saw. syahid di perang Uhud dan meninggalkan hutang pada seorang Yahudi, namun ia hanya memiliki 1 ladang kurma. Kemudian Jabir bin Abdillah mendatangi Yahudi tersebut dan meminta keringanan untuk mencicil namun ditolak. Akhirnya ia meminta saran Rasulullah saw. karena hasil ladang yang sangat sedikit. Kemudian Rasulullah saw. datang dan mendoakan ladang tersebut, dan hasil ladangnya sangat berlimpah sampai cukup untuk satu tahun. Berkah doa Rasulullah saw.

Saat itu Rasulullah saw sangat terkesan dengan kegigihan Jabir bin Abdillah ra yang bertekad untuk membayarkan hutang almarhum ayahnya. Rasulullah saw. memanjatkan doa khusus untuk sahabat Jabir ra. “Engkau telah membayar hutang ayahmu, dan Allah akan menghapus dosa-dosa mu”. Riwayat lain menyebutkan Rasulullah saw. sampai mendoakan Jabir ra. sebanyak 27x.

Sahabat Jabir ra meninggal saat berusia 99 tahun dalam keadaan buta karena banyaknya menangis dan dimakamkan di baqi’. Beliau Kurang lebih meriwayatkan 1549 hadits. Pelajaran yang dapat diambil dari kisah Jabir ra. diantaranya adalah sebagai keluarga, wajib untuk membayarkan hutang keluarganya. Terlebih orang tua.

Faedah, Tanbih dan Hikmah Hadits

Laki-laki yang bertanya dalam hadits adalah sahabat Nu’man bin Qouqil. Salah satu sahabat veteran perang badar dan meninggal di perang Uhud. Dia pernah berkata pada Rasulullah saw. “Saya akan berangkat jihad walaupun dalam keadaan pincang”. Lantas Rasulullah saw menjawab “sungguh, aku sudah melihat mu berjalan-jalan di surga dengan kaki yang sempurna”.

Dalam hadits tidak menyebutkan zakat dan haji. Ada beberapa pendapat ulama tentang hal ini.:
1. saat hadits itu keluar, zakat dan haji belum diwajibkan.
2. Pendapat lain mengatakan, penanya adalah minal fuqoro yang berhak menerima zakat dan tidak mampu berhaji, sehingga Rasulullah saw. tidak menyebutkan keduanya.
3. Hadits tersebut menyebutkan meninggalkan yang haram, sehingga ulama berpendapat bahwa sahabat Nu’man ra. sudah mengetahui jika meninggalkan keduanya termasuk haram, sehingga ia tidak menanyakan nya.

Kalimat masuk surga disini maksudnya adalah masuk dengan tanpa hisab. Para sahabat banyak yang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang amalan apa yang akan memudahkan mereka memasuki surga maksudnya adalah masuk surga tanpa hisab. inilah diantara kecerdasan dan keutamaan para sahabat,. Yang perlu kita yakini adalah semua umat Islam akan masuk surga, pointnya kita mampir mampir atau tidak. Hamba yang punya keimanan yang kokoh akan dijamin surga.

Dalam redaksi lain, ada seorang Badui yang menanyakan hal yang sama seperti Nu’man, namun Rasulullah saw menambahkan sedikit jawaban dibelakang nya menjadi “Ya kau akan masuk surga, asal shiddiq, jujur dan tulus bahwa semua ibadah hanya untuk Allah”.

Perlu dipahami bahwa kita masuk surga karena Fadhl (Anugrah) dan Rahmat (Kasih Sayang) Allah, bukan semata karena amal kita. Rasulullah saw. Bersabda,

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا ، وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ : لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

“Tidak seorang pun yang amalannya dapat memasukkannya ke surga.” Para sahabat bertanya, “Apakah tidak juga engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Tidak pula aku kecuali aku senantiasa dicurahkan oleh Allah keutamaan dan rahmat.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Memang betul Rasulullah saw. Bersabda,

من آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

Barangsiapa yang akhir kalamnya laa ilaaha illaa Allah, maka ia akan masuk surga”.

Namun apakah kita bisa menjamin diri kita pasti dapat mengucapkannya saat nyawa dicabut nanti? Mengenai Hadits ini ada suatu penelitian di Jakarta yang menunjukkan bahwa hanya 70 dari 1000 orang yang mampu mengucap laa ilaaha illaa Allah di akhir hayatnya. Hanya tujuh persen!

Setelah dilihat, tujuh persen tersebut semuanya adalah orang yang sholeh selama hidupnya. Hal ini menandakan bahwa laa ilaaha illaa Allah harus dipupuk sejak awal, dilatih terus-menerus dengan menjaga dzikir. tidak bisa tiba-tiba datang begitu saja.

Puasa dan sholatnya para sahabat adalah puasa ahlul ma’rifat. Puasa ahli hakikat itu hanya untuk Allah. Sedangkan puasa thoriqoh yaitu puasa panca Indra dhohir dan batin, menjaganya dari keharaman. Wali qutb setinggi apapun tidak akan mampu menyamai kedudukan sahabat Rasulullah saw. Karena mereka laksana bintang-bintang yang gemerlapan di langit malam. menjadi penunjuk arah para pelayar dan nelayan.

Banyak yang merasa bisa berangkat haji karena adanya uang. Padahal hakikatnya Allah dan Rasul yang mengundang. Buktinya ada sekian banyak milyuner yang tidak tergerak untuk berangkat haji. Sehingga kita perlu untuk selalu mensyukuri setiap apa-apa yang kita lakukan, termasuk amal ibadah. Alhamdulillah, kembalikan kepada Allah. Amal bisa muncul karena fadhl (Anugerah) Allah. Jadi jangan sekali-kali menganggap amal itu berasal dari diri kita sendiri.

Kesimpulannya

1. Memaknai halal haram secara dhohir dan bathin. Haram adalah menghindari segala sesuatu yang membuat Allah murka. Sedangkan halal adalah apa-apa yang ada keridhoan Allah didalamnya.

2. Rezeki, nikmat, surga bisa didapat bukan karena amal. Amal hanyalah jalan untuk menuju hal tersebut. Allah jadikan amal-amal hamba sebagai sarana saja. Namun hakikatnya semua atas otoritas dan rahmat Allah.

Hal-hal yang sifatnya muamalah harus segera diselesaikan. Punya hutang 10 juta tapi kok bisa beli mobil baru, jalan jalan terus ke luar negeri, naudzubillah. Hutang harus segera dibayar ! Jika tidak mampu membayar, datang kepada pemberi hutang, ngomong. Harus ada keridhoan di dalam nya. Kompensasi, tidak harus dalam bentuk uang, bisa juga tenaga untuk bekerja.

Orang yang punya hutang termasuk asnaf (yang berhak menerima zakat), jadi kita bisa membayarkan hutang mereka dengan niat berzakat, asal hutangnya benar untuk usaha atau keluarga, bukan hutang konsumtif.

Semua sahabat pasti masuk surga, tapi para sahabat banyak bertanya amalan apa yang dapat memasukan mereka ke surga? Maksudnya adalah masuk surga tanpa hisab. Kita umat mukmin pun akan masuk surga, cuma kita mampir mampir dulu atau tidak?

Wallahu A’lam bisshawaab

Resume Kajian Dhuha Kitab Arbain Nawawi Bersama KH. Muhammad Danial Nafis Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 06.40 – 08.35 WIB Rabu 29 Sya’ban 1441 / 22 April 2020)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin